Tampilkan postingan dengan label Cerpen gw. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen gw. Tampilkan semua postingan

Senin, 02 Maret 2009

3 PERMINTAAN TERAKHIR




Hari ini aku memulai kelasku disebuah sekolah yang boleh dikatakan tempat anak-anak pintar berkumpul. Aku cukup beruntung menjadi 18 orang yang dipastikan memasuki sekolah internasional di angkatan tahun ke dua ini. Dan itupun aku masuk pada saat semester ke dua sehingga rasanya sulit bagiku untuk beradaptasi. Ayahku adalah seorang pegawai negeri sipil, ia ingin aku mendapatkan tempat di perguruan tinggi. Sehingga jaminan bersekolah disini adalah garansi untuk menuju tiket perguruan tinggi negeri.

Ketika memasuki sekolah, yang aku rasakan Cuma satu. Sekolah ini terkesan asing dan sepi, murid-murid disini lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar di kelas setiap jam istirahat. Hari pertamaku disana seperti sebuah keheningan, 8 cowok dan 7 cewek dikelasku selalu terdiam dengan pandangan sinis padaku. Aku rasa mereka meragukan kepintaranku, bahkan aku sendiri ragu apakah aku layak bersekolah disini. Sekolah dengan nilai ujian tertinggi di kotaku.

Aku mendapatkan kursi paling di baris belakang, hari ini pelajaran penuh dengan kejenuhan. Aku bahkan nyaris tertidur ketika guru bahasaku berceramah tentang puisi di jaman penjajahan dahulu. Rasanya ingin aku keluar saja dari kelas ini.tiba-tiba seorang gadis berjalan perlahan padaku disaat jam pelajaran dimulai, tampaknya guru bahasa Indonesiaku tidak memperhatikan gerak geriknya karena pintu kelas kami berada di belakang papan tulis.

Hanya aku yang memperhatikannya, karena mungkin semua murid tampak focus. Ia tersenyum padaku sambil memainkan jari telunjuknya bertanda untuk tetap diam. Dia duduk dibelakang sama sepertiku, rasanya 2 hari aku sekolah disini. Dia adalah murid pertama yang berani masuk terlambat pada pelajaran pertama. Aku terus memperhatikan wajahnya yang cantik, dia sepertinya sadar.Jarak antara kamu hanya 80cm untuk bisa saling melirik. Kemudian ia menulis di sebuah tulisan kertas kosong.

“ NAMA KAMU SIAPA? KOK SENYUM AJA..”

Aku hanya tersenyum, rasanya ide yang menarik untuk menuliskan kata kata untuk bicara di kertas. Aku membalas.

“ JOEY.. NAMA KAMU”

“ ANGEL”

“ KOK KAMU TERLAMBAT?”

“ BIASA MACET DI JALAN, UNTUNG GURUNYA KUTU BUKU, KALAU GA BAHAYA DEH..”

“ IYA NEH GURUNYA KUTU BUKU, AMPE PEGEL AKU LIATIN DIA..”

Kami saling tertawa hingga tak sadar tawaku terlalu besar dan terdengar oleh guru bahasa indonesiaku yang berjenis kelamin pria dan berkepala pelontos itu. Tiba-tiba saja dia sudah ada didepanku, lalu menarik kertas yang kutulis.Sambil berkata kencang..

“ KELUAR KAMU..”

Alah, nasibku memang sial, Angel tampak tersenyum kecil. Aku pun keluar dari kelas dengan semua mata yang terlihat aneh melihatku. Mereka pikir aku ini anak baru penuh tingkah, tapi aku tidak peduli. Yang ingin aku sekolah disini bukan mauku, tapi kemauan ayahku. Aku pun hanya bisa pasrah berdiri didepan kelas. Tiba tiba Angel muncul lagi, aku terkejut. Ia tersenyum padaku. Tanpa bicara ia menarik tanganku.

Kami saling berlari menuju atap sekolah kami yang hanya berlantai tiga, dan aku terhenti dengan nafas kelelahan. Gadis ini larinya sungguh cepat, bahkan ia tidak kelelahan sama sekali.

“ Cape,, kamu juga diusir ya..?” tanyaku

“ Nggak, aku bosan . jadi ikut keluar juga..”

“ Oh ya. Lari kamu cepat banget ya.. aku ampe loyo gini..!”

“ Hehehe .. coba liat lapangan itu..” gadis itu menunjuk lapangan sekolah kami yang memiliki stadium atletik kecil.

“ Kenapa..” ujarku melihat dari atas sekolah kami.

“ Aku selalu berlari disana setiap hari sebanyak 10 kali..”

“ Loh.. kenapa mesti gitu..!”

“ Soalnya aku selalu terlambat sekolah, jadi hukumanya ya gitu hahahaha!”

Dan satu hal yang aku tangkap dari gadis ini. ia begitu riang dan penuh canda. Dan untuk pertama kalinya aku tersenyum di sekolah ini. dan semua itu oleh seorang gadis bernama Angel.

“ Hm.. kenapa mesti ke sini. Emang ga ada tempat yang lebih bagus dari atap yang panas gini..”

“ Kamu tau.. terkadang matahari itu panas bukan berarti mau dia, kita patut bersyukur. Karena kita bisa hidup sampai sekarang karena ada matahari.. kalau ga ada, mungkin aku tidak akan pernah berjodoh sama kamu..!”

“ Oh ya.. kamu ternyata pintar sekali.. aku ga heran anak-anak disini pasti sepintar kamu..”

“ Aku rasa kamu juga pintar, kalau ga pintar. Maka tidak akan disini.. benar kan..!”

“ Ceritanya panjang. Tapi intinya, aku hanya bisa sekolah disini karena ayahku juga. Aku tidak suka pindah sekolah. Pindah cari teman. Karena aku ga pandai bergaul..!”

“ Oh. Begitu. Tenang saja. Kamu sudah punya teman sekarang..!”

“ ??..”

“ Sini.. coba ikutin aku.. berani ga kamu..”

Angel berdiri diatas garis batas tembok pengaman gedung. Aku sempat panik melihatnya.

“ Ayo naik.. gapapa. “

Rasanya malu bila aku laki-laki tidak berani naik. Akhirnya aku mencoba naik dengan perasaan cemas. Ketika kamu sejajar ia memegangku perlahan sambil berkata “ Jangan takut, jaga keseimbangan kamu”

Dan ketika aku mulai terbiasa.

“ Memangnya ada apa disini.. kamu ga takut, ini tinggi banget loh..!”

“ coba kamu pejamkan mata kamu.. lalu buka perlahan-lahan ketika aku suruh!”

Entah mengapa aku mengikuti semua yang ia katakan. Perlahan mataku terbuka dan hembusan angin bertiup di setiap sudut tubuhku. “ Bukalah matamu?” ujar Angel.

Astaga.. aku tak percaya, aku melihat matahari, langit dan sesuatu yang tak pernah aku bayangkan. Sebuah hutan kecil yang terdapat di sekolah kami.

“ Ini keajaiban Tuhan, kita tidak akan pernah tau apa yang bisa kita lihat kalau kita tidak berada diatas setinggi ini. karena yang kita lihat terkadang hanya dari bawah. sama seperti ketika kita melihat orang lain. Kita hanya melihat dia dari tampilan luarnya. Dan itu belum tentu cerminan dari dalam hatinya”

Siapa gadis ini, sastarawankah? Penulis puisikah?.Aku tidak percaya kata-katanya membiusku untuk merasa nyaman.

“ Terima kasih ya.. kamu memang berbeda dari yang lainnya, abis ini pelajaran bahasa mengambar, kamu ikut?”

“ Hm.. aku mau ada urusan dulu, kamu masuk saja.. ntar kalau sempat aku nyusul ya..!”

Dan dia menghilang begitu saja dariku. Tapi mungkin karena dia memang tidak mengambil keseniaan, sekolah kami memperbolehkan siswanya untuk mengambil dua mata pelajaran yang dipilih. Antara kesenian dan olahraga. Dan aku rasa dia suka olahraga, larinya cepat dan kuat.

Malam tiba.

Tiba-tiba sebuah sms masuk ke hendponeku.

“ LAGI NGAPAIN, GIMANA PELAJARAN GAMBARNYA..”

Aku menjadi heran,lalu membalas

“ INI SIAPA?”

“ ANGEL. LUPA YA.. HEHEHE”

“ HEI, KAMU KOK BISA ADA NOMOR AKU.. AKU PIKIR SIAPA. PELAJARAN GAMBARNYA MEMBOSANKAN. TIDAK ADA KAMU!”

“ DASAR GENIT. NOMOR SIAPAPUN BISA AKU DAPATKAN KALAU AKU MAU. “

“ MEMANGNYA KAMU JIN YA. HEHEHE.. KALAU GITU AKU BISA DONG MINTA 3 PERMINTAAN”

“ BOLEH.. KENAPA TIDAK? APA PERMINTAAN KAMU”

“ NANTI AKU PIKIRKAN..”

“ KALAU BEGITU AKU TUNGGU YA. SELAMAT MALAM.”

Sms itu terakhir darinya. Gadis yang penuh misterius. Dan tidurku pun menjadi nyenyak untuk mempersiapkan hari esok.

Aku pergi ke sekolah dengan penuh keceriaan kebanding di hari lalu.Tiba-tiba aku melewati satu lorong yang penuh dengan koleksi angkatan sekolah ini. aku menjadi penasaran melihat foto Angel diantara barisan teman-temannya. Dan aku pun mencari dia di kelasku.

Dia tampak cantik. Foto ini diambil saat semester tahun lalu. Aku tertawa sendiri dan tidak sabar lagi untuk bertemu dengannya. Tiba tiba, Paulina murid kelasku muncul.

“ Ngapain..”

“ Oh.. nggak kok.. lagi iseng aja.. “

“ Gimana sekolah disini. Uda bisa adapatasi.” Tanya Paulina

“ Lumayan. Tadinya aku pikir aku ga akan dapat teman disini. Ternyata ada juga..!”

“ Pada dasarnya sekolah ini banyak kok yang suka berteman, mungkin kamu coba aja gabung dengan teman-teman disini untuk ikut extrakurikuler.”

Ketika asyik bicara dengannya. Tiba tiba aku melihat Angel melewati kami, dia tersenyum padaku. Aku memotong pembicaraan.

“ Ngomong-ngomong, aku pergi dulu ya.. ntar ketemu di kelas!”

“ Mau kemana..” tanya Shinta

“ Mau pergi sama temanku,. Nama kamu siapa sorry lupa..!”

“ Shinta.. “

“ Ok..see you..!”

Shinta memperhatikan aku dengan aneh. Aku pun berteriak “ Tunggu..” dan kelihat senyum Angel yang sepertinya menungguku. Shinta hanya tersenyum lalu mengeleng-gelengkan kepalanya. Angel tampak terburu-buru berlari. Dan tiba-tiba ia terhenti.

“ Angel. Tunggu dong. Lari melulu. Suka amet olahraga.. !”

“ Hehehe. Pemanasan sebelumpelajaran olahraga dong. !”

“ Makasih ya uda mau SMS aku ..”

“ Biasa aja kali.. kamu kelas apa nanti!”

“ Aku ada kelas mengambar.. kamu?”

“ Aku sih ada kelas basket. Tapi males sih, abis ini ada pelajaran juga. !”

“ Ngomong-ngomong kamu kok sering bolos kelas sih. Apa gapapa, terhadap nilai sekolah kamu.”

Angel tersenyum padaku.

“ Aku kasih tau kamu rahasia ya.. mau?”

“ apa.. mau dong..”

Dia berbisik padaku.”Aku tidak perlu belajar untuk mengejar cita-citaku, karena aku sudah cukup bahagia dengan berlari aku bisa jadi juara dan mendapatkan prestasi.. jadi sekolah ini tidak akan peduli kalau nilaiku jelek. Asal aku berprestasi.. mereka akan bangga!!”

“ Oh.. gitu.. enak ya. Andai saja aku berbakat olahraga..!”

“ Loh semau orang berbakat lagi. Lagi ngapain sih kamu ambil gambar..!”

“ Aku suka gambar.. suka banget.. berharap nanti jadi pelukis terkenal hahaha!”

“ Sebelum aku lihat gambar kamu. Aku bilang mimpi kali ya hahaha!”

Kami berpisah saat itu, Angel sudah harus bersiap-siap untuk latihan pagi, aku menyadari satu hal. Bahwa aku dan Angel itu sama. kami masuk kesini karena bakat kami, bukan karena kepintaran kami. Aku memang suka menggambar dan itulah mengapa aku katakan masuk ke sini bukan mauku, karena aku tidak pintar. Namun aku berbakat, dan sekolah ini membutuhkan orang berbakat seperti aku.

***

Pelajaran melukis dimulai, aku terdiam melihat objek buah-buahan di depanku, semua murid tampak berkonsentrasi pada lukisan masing-masing. Shinta tampak disampingku, ia adalah satu-satunya orang yang menyadari bakatku. Ia banyak bertanya padaku, dan aku membantunya sebisaku. Tiba tiba Angel muncul disampingku. Aku terkejut melihatnya. Ia melihat lukisanku.

“ Wow. Kamu ternyata berbakat ya.. gambarnya seperti nyata.. !”

“ Masa sih..”

Tiba tiba Shinta menyeletuk.

“ Kalau aku kasih warna merah pada gambar semangka ini cocok ga, Joey?”

Bersamaan Angel ikut bertanya.

“ Gambar ini memikat, aku jadi pengen belajar, mau ajarin aku ga..?”

“ Boleh aja..”

Shinta memperhatikan aku, ia memoleskan warna merah pada semangka itu. Angel mengambil tempat kosong disebelahku. Ia tidak tau harus memulai dari mana, sedangkan Shinta mulai bertanya lagi.

“ Kalau aku campur hitam di semangka boleh ga?” Tanya Shinta

Angel juga ikut betanya.

“ Kalu aku gambar pake tanganku boleh ga.. kan ga perlu pake kuas.. takut jelek!”

“ Ga boleh lah, jadi jelek.”

Kembali Shinta menarik nafas panjang. Aku bicara tanpa memandangnya. Gambarku usai, Angel melompat kegilangan. Lalu mengajakku untuk pergi melihatnya.

“ Aku sudah liat bakat kamu. Sekarang kamu mau liat ga bakat aku..”

“ Mau..”

Tiba tiba ia menarik tangannku, Shinta tampak bingung.

“ Mau kemana?” ujar Shinta.

“ Keluar bentar..”

“ Tapi kan kamu janji mau ajarin aku gambar sampai usai..”

“ Nanti ya aku janji..”.

Aku meninggalkan Shinta yang mulai masem. Tapi aku tidak ingin Angel kecewa, kami tiba di lapangan sekolah kami yang luas.Angel menatapku dengan tajam.

“ Coba kamu hitung berapa lama aku bisa berlari di putaran lapangan ini.. kemarin aku berhasil 10 lapangan tanpa henti. Aku mau target 20, dan aku harap kamu dukung aku ya hehehe”

“ Pasti..”

“ Teriak aba aba saat aku siap lari”

“ Oke..”

1…2…3.. Go.

Angel memang luar biasa ia berlari secepat angin. Langkahnya begitu indah untuk dilihat, wajahnya selalu tersenyum, air keringat yang jatuh diwajahnya penuh dengan perjuangan.

“ Ayo.. Angel.. ayo Angel… ayo Angel “ teriakku

Shinta yang sudah keluar dari kelas melukis, bersama teman-temannya memandangku di lapangan dari jendela sekolah.

“ Gila kamu Shinta, suka sama orang aneh kayak gitu..”

“ kamu tau, yang aneh disekolah ini uda ga ada. Itu yang aku suka dari dia..” ujar Shinta singkat.

Mungkin aku paling aneh diantara satu sekolah. Karena itulah yang membuat Shinta suka padaku. Acaraku dan Angel pun berakhir. Aku harus kembali ke kelas, sedangkan Angel terus berlatih, aku masih sempat mengintipnya dari jendela untuk beberapa saat. Tapi ketika aku focus pada pelajaran, dia sudah tidak latian lagi.

Malam pun tiba.

Angel kembali mengirim SMS padaku.

“ LAGI NGAPAIN..SIBUK? ATAU UDA TIDUR”

Aku membalasnya saat sedang membaca komik

“ LAGI BACA KOMIK, GA SIBUK KENAPA?”

“ KALAU GA SIBUK, AKU TUNGGU YA DIRUANG MELUKIS SEKOLAH KITA. SATU JAM DARI SEKARANG”

“ LOH.. EMANG KAMU DI SEKOLAH. INI KAN UDA MALAM”

“ YA, RUMAHKU TIDAK JAUH DARI SEKOLAH, KALAU AKU BOSAN. AKU SUKA MAIN KE SEKOLAH. KAMU GA PERNAH TAU KAN GIMANA SEKOLAH KITA KALAU MALAM”

“ MAU SIH.. KALAU GITU AKU DATANG DEH.”

Beberapa saat kemudian aku tiba di sekolah, Angel sudah menungguku di gerbang sekolah. Ia megajariku melompati gerbang dan memasuki ruangan melukis.

“ sorry ya, malam-malam bikin kamu kesini..”

“ Gapapa kok.. aku juga ga bisa tidur..”

“ Hm.. sama aku juga ga bisa tidur.. “

“ Jadi apa istimewanya sekolah ini kalau malam hari.”

“ Hari ini aku ulang tahun.. itu istimewanya..!”

“ astaga.. maaf aku tidak tau.. selamat ulang tahun ya.. aku ga ada kado lagi.. besok aku kasih ya..”

“ Hm.. aku mau kadonya sekarang boleh ga..”

“ Boleh…”

Angel tampak mempersilakan aku duduk di kursi dan kertas lukisan didepanku.

“ Lukis wajahku dan buat aku secantik mungkin hehehe,”

“ Wow.. benar neh.. !”

“ Iya.. kalau gitu.. aku pasti bikin kamu cantik”

Aku mengatur posisi tempat duduk untuknya. Wajahnya yang cantik dengan rambut jatuh ke pundaknya begitu memukau. Rasanya aku jatuh cinta padanya. Tapi aku tidak bisa mengatakan itu padanya, aku mencoba focus untuk menggambar wajahnya. Dan beberapa saat kemudian lukisan itu terjadi.

“ Angel selamat ulang tahun ya.. ini lukisan persembahan dari aku”

Ia memadang wajahnya di lukisan. Tiba-tiba air matanya terjatuh.

“ Loh kenapa nangis..emang aku ada salah ya..!”

“ Aku Cuma terharu.. ini untuk pertama kalinya aku melihat wajahku sendiri..”

“ Hehe.. aneh ya.. emangnya kamu ga pernah bercermin ya..”

“ Aku bahkan sudah lupa kapan terakhir kali aku bercermin..”

“ Dirumah kamu ga ada cermin ya..”

“ Aku takut melihat wajahku di cermin. Ga tau kenapa aku takut.. “

Tiba-tiba kami terdiam. Angel menatap wajahku, demikian pula aku. Tanpa sadar aku mencium bibirnya.

Kami menikmati saat itu.dan tersipu malu usai semua berlalu.

“ Maaf ya..lukisan ini aku bingkai ya.. ntar aku kasih ke kamu besok..!”

“ Iya.. kamu ingat SMS kamu dulu, aku bilang aku akan penuhin 3 permintaan kamu?”

Aku terdiam dan berusaha mengingat

“ Ah ya.. aku ingat.. kamu benar-benar mau kasih aku 3 permintaan”

“ Iya.. aku penuhi ..”



Aku berpikir sejenak untuk itu. lalu mengajaknya keluar dari sekolah.

“ Permintaan pertamaku. Temenin aku makan malam ini..”

“ Astaga.. gampang banget sih permintaan kamu. Ga ada yang lain.. “

“ Makan sama kamu itu uda membuat aku bahagia kok.. !”

“ Oke deh.. aku penuhi. Tentuin aja mau makan dimana!”

Aku pun mengajaknya makan di tempat yang kusuka pecel lele deket jalanan. Angel mungkin tidak pernah makan makanan seperti ini.

“ Mas pecel lele dua. Nasi dua dan tempe tahu dua..” teriakku pada pedagang itu

“ Banyak amet sih.. mang ga makan dua hari dua malam ya.”

“ Hahaha.. buat aja deh mas,..”

“ Sip..”

Aku baru tau satu hal kalau Angel seorang vegetarian sehingga ia tidak makan ikan yang kubelikan, Ia hanya menghabiksan jus jeruk dan tempe serta tahu yang dicampur dengan sedikit salad. Kami menikmati malam itu begitu indah. Malam sudah terlihat larut. Bulan purnama diatas kami seolah mengatakan padaku untuk menyatakan cintanya pada angel.

“ Angel.. aku punya permintaan kedua sekarang boleh..”

“ Apa tuh..”

“ Mungkin ini hanya perlu jawaban yang jujur. Kamu boleh tidak penuhi apa mauku. Janji!”

“ oke janji…”

“ Maukah kamu menjadi pacarku..”

Angel terdiam menatapku, matanya tampak memerah.Bibirnya tak dapat bergerak, aku mulai berpikir aku terlalu berlebihan.

“ Sorry.. angel.. ga usah jawab.. ini terlalu cepat ya..”

Tapi ia tidak bicara, ia hanya terdiam. Tidak bicara padaku, kemudian kamu berpisah malam itu.aku merasa bodoh sekali menyatakan cintaku padanya malam itu. dengan sedikit penuh bersalah aku mengirimkan SMS padanya.

“ TERIMA KASIH HAR INDAH INI, SELAMAT ULANG TAHUN SEKALI LAGI. JANGAN ANGGAP PERNYATAANKU TADI.. SELAMAT MALAM”

Dan malam itu pun kututup dengan sejuta kenangan.

Aku berhasil membingkai lukisan wajah Angel. Aku berminat membawanya ke sekolah hari ini untuk memberikan padanya. Ketika di kelas Shinta mendekatiku.

“ kamu sudah punya pacar ya..” pertanyaan itu padaku

“ hah.. kenapa ngomong gitu”

“ Gapapa. Aku Cuma mau tau. Apakah ada cewek lain yang kamu suka.,.”

“ Iya ada yang aku suka..”

“ Oke..” shinta menunduk tampak sedih.

Kemudian ia melihat kotak hadiahku yang berwarna ungu.

“ Apa itu..”

“ Bukan apa-apa.. “

Pembicaraan itu berakhir. Shinta tampak marah padaku. Ia selalu terlihat cemburut bila menatapku. Saat jam istirahat. Aku pun aku mencari Angel. Tapi sepertinya hari ini ia tidak ada di seluruh tepi sekolah. Mungkin ia bolos seperti biasanya pikirku, dan aku hanya bisa menantinya seperti biasa. Pergi dan datang sesuka hatinya. Tapi aku tidak pernah lupa untuk membawaku kadoku untuknya. Dan itu membuat aku menjadi ejekan seluruh teman sekelasku karena membawa kado setiap hari seolah anak idiot diantara mereka. Andai saja mereka tau, kado ini sangat istemewah untuk orang yang istmewah saat aku tunjukkan pada mereka. Mereka pasti terdiam.

Aku juga selalu mengirimkan SMS pada Angel setiap malam. Tapi ia tidak pernah membalas, parahnya nomor teleponnya tidak pernah aktif. Rasanya aku menjadi frustasi, gadis yang mulai aku cintai itu menghilang begitu saja. Apakah ia terluka oleh kata kataku, apakah dosa bila aku menyatakan cinta padanya. Ah.. sungguh rumit.

Hingga suatu malam saat aku tertidur dia mengirimakan SMS padaku.

“ AKU TIDAK BERDAYA BILA KAMU CINTA PADAKU, DEMIKIANLAH HATIKU TAK BERDAYA JATUH CINTA PADA KAMU. TAPI YANG TERBAIK BUAT KITA, HANYALAH SEBATAS INI SAJA”

Kata kata yang tidak kumengerti. Aku menyakini dia akan ada di sekolah pagi ini, aku pun sepagi mungkin datang ke sekolah. Dan meninggalkan kado dan tasku di kelas dan menuju atap sekolah. Biasanya pagi hari ia selalu menanti matahari dan aku menyakini dia ada disana. Tapi sayang, hari ini tetap sama. dia tidak pernah muncul.

Ketika aku kembali ke kelas. Semua murid berkumpul pada satu titik, dengan Shinta yang ada di tengahnya. Yang membuatku terkejut, ia membuka kadoku tanpa izin. Aku menjadi marah.

“ Kamu lancang banget sih buka kado aku..”

Shinta dan teman-teman menatapku dengan wajah penuh kebingungan. Dan aku melampas lukisan itu dari tangan mereka.

“ Joey.. dari mana kamu dapat lukisan itu?” Tanya Shinta.

“ Emang kenapa?”

Tiba tiba Shinta menarikku untuk keluar kelas. Semua murid tampak kebingungan, dan aku juga menjadi bingung. Aku begitu marah. Dan kini aku ingin melampiaskan kemarahanku pada Shinta.

“ ngapain sih kamu buka ini. apa hak kamu?”

“ Maaf Joey.. aku lancang . tapi.. aku jujur ingin katakan sama kamu..”

“ Apa..”’

“ Sejak kamu sekolah disini.. aku jatuh cinta sama kamu..”

“ Kalau kamu cinta sama aku. Buat apa kamu buka kado aku tanpa izin..!”

“ Maaf aku pikir kado itu kamu berikan ke aku, karena hari ini ulang tahunku. Dan aku pikir kamu membawa kado itu setiap hari untuk aku.. aku salah.. maaf!”

“ Mana mungkin.. kado ini untuk Angel..”

Tiba-tiba Shinta terdiam.



“ Angel.. kamu kenal Angel..”

“ Iya.. emang kenapa..”

“ Gapapa. Sejak kapan kamu kenal dia..”

“ Itu urusan aku dan dia. Untuk apa kamu tau.. Aku cinta sama dia. Dan tidak perlu kamu urusin ”

Tiba tiba aku melihat sosok Angel di belakang kami. Aku mulai takut ia mendengar semua pembicaraan kami.Ia berlari menghilang, danaku mengejarnya. Shinta berteriak padaku.

“ Untuk apa kamu mencintai orang yang sudah mati… untuk apa..?”

Teriakan itu menghentikan langkahku. Aku berbalik melihat Shinta yang tampak ketakutan berkata demikian. Dan aku tak peduli, aku mencoba mengejar Angel. Tapi jejaknya tidak pernah ada lagi.Aku terdiam di atap seperti biasanya. Tapi aku mendengar dan masih mengingat satu kata yang terucap dari mulut Shinta

“ UNTUK APA KAMU MENCINTAI ORANG YANG SUDAH MATI. UNTUK APA?”

Aku mulai teringat satu hal ketika memandang lukisan di tanganku dan mengingat pembicaraan kami saat itu. saat ia melihat hasil lukisannya.

“ Angel selamat ulang tahun ya.. ini lukisan persembahan dari aku”

Ia memadang wajahnya di lukisan. Tiba-tiba air matanya terjatuh.

“ Loh kenapa nangis..emang aku ada salah ya..!”

“ Aku Cuma terharu.. ini untuk pertama kalinya aku melihat wajahku sendiri..”

“ Hehe.. aneh ya.. emangnya kamu ga pernah bercermin ya..”

“ Aku bahkan sudah lupa kapan terakhir kali aku bercermin..”

“ Dirumah kamu ga ada cermin ya..”

“ Aku takut melihat wajahku di cermin. Ga tau kenapa aku takut.. “

Saat itu aku menyadari satu hal, ruangan lukisan itu penuh cermin yang memantulkan kami. Tanpa aku sadari angel tidak terlihat di cermin.Aku tersadar,

“ Angel.. astaga..”

Aku berlari ke ruangan lorong kenangan sekolah kami. Berjalan kembali melihat foto kenangan Angel. Terdiam menatapnya. Timbul satu pertanyaan dariku, mengapa Angel bisa berada dalam bingkai foto itu? aku menuju ruang akedemis. Berbicara dengan sekretaris sekolah.

“ Bu.. boleh aku, tau data tentang siswa yang bernama Angel..”

Guru itu menatapku dengan penuh tanda Tanya. Namun aku memohon dengan sangat. Saat data itu ada ditanganku. Tubuh dan kakiku terasa bergemetar. Aku ikut mengecek semua SMS yang dikirimkan angel dan semuanya menghilang dari hendponeku.

Angel adalah siswa semester pertama yang menglengkapi nomor urut kelas kami yang ke 18. Ia adalah siswa berpretasi di sekolah kami.Ia selalu menjadi juara di setiap pertandingan atletik, sehingga mendapatkan jalur khusus sekolah disini. Suatu hari saat pekan olahraga antar sekolah akan diadakan, Angel menghilang dan tidak ditemukan hingga sekarang, Polisi menyatakan angel mati karena sebuah mayat gadis remaja ditemukan terbakar di sekitar rumahnya dan tubuhnya terbakar hingga tidak berbeka..Lalu mengapa Angel muncul padaku, jadi selama ini yang aku rasakan hanya ilusi. Semua berpikir aku aneh karena aku selalu bicara sendiri, mereka melihatku seorang diri saat bersama Angel.

Aku takut tapi rasa cintaku terlalu besar untuk takut. Aku berlari sambil menangis ke atap tempat angel berada.

“Angel…….. kenapa kamu muncul padaku. Kenapa? Ini ga adil.Kamu membuatku jatuh cinta padamu. Sedangkan kamu sadar aku dan kamu tidak pernah ada dalam cinta ini”

“ Kenapa angel.. kenapa.. “

Tangisku akan percuma karena dia tidak akan pernah muncul lagi, lukisan ditanganku hanya sebuah kenangan yang akan selamanya tidak pernah aku temukan lagi. Aku sadar aku punya satu permintaan terakhir yang bisa aku minta darinya. Aku pun berdiri diatas tiang pengaman sekolah, dan semua orang mengira aku akan bunuh diri. Aku mencoba berkonsetrasi dan bicara dalam hatiku.

“ Angel permintaan terakhirku, sampaikanlah pesan untukku, untuk apa kau datang dalam hidupku. Biarkan aku benar-benar merasa kita tidak pernah sia-sia”

Ketika aku membuka mataku. Aku melihat angel, di sebuah hutan kecil yang pernah ia tunjukkan padaku. Dan hanya terlihat saat kami berdiri disini. Aku berlari menuju kesana, dan aku menemukan satu hal yang sesungguhnya ingin angel sampaikan padaku.

Ia ingin melihat matahari setiap harinya. Namun gedung sekolah kami menutupi cahaya matahari itu. Angel menunjukkan padaku disanalah jasadnya berada, ia bukan mati karena terbakar seperti yang polisi katakan. Ia meninggal karena sebuah kecelakaan saat berlari di jalan sekitar sekolah, kemudian orang itu ketakutan dan menguburnya di hutan kecil sekolah. Ia hanya ingin ditempatkan di atas tanah dimana matahari bisa menyinarinya walaupun dia telah tiada.

Kamis, 26 Februari 2009

SAAT TERAKHIR BERSAMAMU


Sinopsis

Angel memiliki kisah cinta yang indah bersama pria bernama Popo, sayang kisah itu berakhir dengan sebuah pilihan berat yang di ambil Angel meninggalkan Popo dengan tanpa pesan apapun. Ketika ia sadar itu adalah kesalahan ia mencoba kembali tapi Popo sudah memiliki kekasih lain yang hanya bisa membuat Angel gigit jari menahan rasa sakit akibat perbuatannya. ia tidak pergi dengan sengaja dari hidup Popo dan berjalannya waktu muncul Joey dalam hidupnya.

pria aneh itu berhasil membuat rasa sakit hati angel menjadi rasa senang akibat sifatnya yang aneh. Angel menyadari takdirnya akan kehidupan tidaklah panjang dan itu menjadi alasan ia meninggalkan Popo. ketika Popo kembali padanya ia hanya memilih pilihan untuk pergi dari Joey, kejadian itu berulang dan ia hanya bisa berpikir mana yang terbaik diantara keduanya.

pria yang aneh menghiasi harinya dari rasa sakit takdir buruknya atau pria yang mencintainya dengan sepenuh hati. pilihan yang berat



Di dalam hidupku ada dua titik yang tak pernah aku ingin lupakan, titik dimana aku akan mendapatkan sebuah pilihan kelabu yang membuat aku hanya bisa merasa sedih dan senang.

Namaku Angel, hidup baik-baik saja bahkan sangat baik hingga aku mendapatkan seseorang yang berarti dalam hidupku. Dia hadir dan memberikan sepenuhnya kisah cinta yang menghiasi hatiku, ia juga memberikan kisah hidupnya sebagai pelajaran penting yang tak akan pernah kulupakan. Pertemuan kami sangat singkat, kami bertemu dimana saat itu aku membenci sebuah olahraga yang paling mendunia di dunia ini sepakbola.

Dalam hidupku sepabola bagaikan sebuah neraka, pengalaman itu terjadi karena aku melihat sekumpulan penggemar sepakbola yang bersikap anarkis dan nyaris membuat aku menjadi korbannya. Maka sejak itu aku katakan dalam hatiku “ ini adalah olahraga paling menjijikan yang pernah aku lihat”. Sepertinya aku mendapatkan karma dari ucapanku, suatu ketika aku berjalan di taman sebagai SPG susu untuk beberapa anak-anak yang hendak berolahraga.

Saat sedang menawarkan susu kepada seorang ibu yang sedang santai, sebuah bola sepak menerjang ntah dari mana tepat di kepalaku. Bisa dibayangkan bertapa sakitnya kepalaku, tiba-tiba orang yang merasa bersalah itu muncul padaku. Dengan tersenyum ia hanya berkata “ Maaf”, ia bahkan tidak melihat bertapa hancurnya gelas susu yang tumpah ke bajuku karena ulahnya. Ia pergi begitu saja meninggalkanku, aku marah.

Kulemparkan susu cair yang tumpah itu ke tubuhnya. Ia menolehku dan kembali dengan wajah emosi.

“ Maksud lo apa dengan ini?”

“ Maksud lo apa dengan ini?” menunjukkan baju dan kepalaku yang sakit.

“ gua kan uda minta maaf, kurang?”

Aku tertawa dan berkata” Yauda, gua juga minta maaf cukup apa kurang”

Ia tampak tidak senang lalu meninggalkan aku sambil berkata

“ Baru jadi SPG aja uda sombong” ledekknya

Aku tidak menjawab dan ia pergi. Hatiku hanya berkata “ memangnya ada yang salah dengan jadi SPG?”

Hidupku tidak akan lepas dari lokasi itu untuk beberapa hari, aku akan selalu mengingat muka pria itu karena ia sering bermain bola setiap sore di lapangan sepakbola itu. Hingga sebuah hujan besar membuat aku berlari untuk berteduh, aku terdiam. Kuperhatikan pria itu dan beberapa pemain sedang asyik bermain bola. Dengan wajah bosan aku pun meliahat itu sebagai tontonan.

Cuaca dingin yang tidak kusadari membuat tubuhku menggigil dan hidungku menjadi mimisan. Dan darah itu seolah membuat pakaian putihku menjadi merah. Terlebih beberapa dari mereka sudah selesai bermain dan melewatiku. Dengan rasa malu aku menutupi hidungku tapi darah itu terus mengalir dan aku menjadi panik. Pria itu dan beberapa temannya berhenti dan memperhatikanku, aku menundukkan wajahku. Tiba-tiba pria itu berjalan dekatku, ia menarikku tanpa alasan yang jelas. Kami masuk ke sebuah ruangan istirahat dan ganti pakaian mereka.

“ kenapa sih?” tanyaku dan pria itu sibuk mencari handuk dan beberapa obat medis seadaanya.

“ loe kanapa? Kok mimisan..?”

“ gua alergi dingin, jadi kayak gini. Uda biasa kok..” ujarku dan ia memberikan aku handuk.

“ Pake ini.. gua kompres air dingin buat lo tunggu..!”

Aku mengambil handuk itu dan hanya terdiam. Beberapa saat kemudian ia datang padaku dengan segumpal handuk es yang ia buat. “ Tiduran aja sambil kompres es ini di kening loe?” ujarnya. Aku tampak ragu dan ia menyakinanku.” Tenang aja disini ga ada yang masuk selain gua, gua jagain di depan pintu dan ganti baju loe pake seragam bola yang gua kasih..!”. aku pun melakukan semua itu tanpa protes.

Siapa sangka sejak saat itu kami menjadi orang yang dekat, pandanganku terhadap bola menjadi berubah. Kami lewatin banyak hal dengan kebersamaan dan ia mengatakan cintanya padaku hanya untuk terakhir, kami begitu bahagia hingga banyal hal yang kami telah persiapan untuk cinta kami yang agung. Aku sadar saat ini dia sedang membangun hidupnya dan ia merasa sepakbola akan menjadi impiannya yang dapat membahagiakanku.

Aku tidak mengelak untuk menerima apapun yang bisa ia lakukan walau aku sadar bahkan gajiku akan lebih besar darinya. Banyak hal yang kami lalui pahit, manit dan susah aku ikuti walau kami hanya sepasang kekasih yang sedang mengikat janji. Hingga aku mulai menyadari mengapa diriku sering merasakan hal yang tidak pernah aku pikirkan tentang apa yang terjadi pada tubuhku, aku bersedih dengan sebuah kalimat yang dituturkan oleh seorang dokter padaku.

“ Nona Angel anda mengindap kanker leukimia?” ujarnya

“ Apa anda punya saudara atau orang tua?” tanya dokter.

“ Tidak..!”

“ Lalu siapa yang anda miliki?”

“ Seorang kekasih yang mencintai saya dengan setulus hati bernama Popo”

“ Sebaiknya anda mempersiapkan diri untuk mengatakan ini kepada kekasih anda!”

“ Akan saya pikirkan dokter.. apakah saya akan mati karena penyakit ini?” hatiku gundah

“ Hanya Tuhan yang tau..!”

Aku bersedih dan pulang ke rumahku, Popo muncul dengan sebuah senyum dan ia memberikan aku sebuah cicin yang ia katakan sebagai bentuk kasih yang akan mengikat kami selamanya. Aku tersenyum dan berkata “ Terima kasih telah mencintai aku dengan hati dan hidup kamu”. Hari itu aku berpikir tentang impian kami yang begitu banyak dan aku menjadi malu untuk tidak bisa memberikan apa yang bisa kulakukan untuk menjalankan semua itu. aku menangis dan tak bisa mengambil satu keputusan yang baik untuk semau ini hingga akhirnya satu keputusan yang pahit. Saat Popo terbangun dari tidurnya ia membaca sebuah surat tangan yang kutulis dengan cincin pemberianya yang manis.

“ Aku tidak akan mau menikah dengan kamu dengan keadaan kamu yang tidak pasti, hidupku sudah berat sejak kecil. Aku tidak bisa bayangkan akan hidup berat dengan seorang kamu yang tidak punya kepastian hanya karena seorang atlit. Maaf kita berakhir saja!”

Popo membaca itu dengan tangis dan berlari keluar rumah berteriak namaku dan aku dapat melihat itu dari balik tembok yang menyembunyikanku dan kukatakan dalam hatiku

“ Maafkan aku sayang, inilah yang terbaik untuk kita.”

***

Satu bulan berlalu aku mencoba bertahan menutupi rasa rinduku dengan hanya beristirahat. Aku bosan dan akhirnya aku berpikir keputusanku untuk berpisah adalah sebuah kesalahan dan aku pun memutuskan untuk kembali pada Popo, tentunya dengan pengakuan sejujurnya keadaan tubuhku. Ketika pintu rumahnya kuketuk aku terkejut, seorang wanita cantik muncul dan ia menyapaku dengan senyuman

“ Mencari siapa ya..?”

“ Saya mencari pemilik rumah.. !”

“ Pemilik rumah ini sedang pergi. Mungkin ada pesan?”

“ Oo..” ucapku dengan suara kecil.

Wanita cantik itu tersenyum hendak menutup pintu seperti ingin mengusirku

“ Maaf. Kalau boleh tau anda siapa?”

“ Saya pacar dari pemilik rumah itu..!”

Hatiku hancur seketika, dengan cepat ia bisa melupakan diriku bersama wanita lain. Aku berjalan tampak gontai dan berat, saat aku berbalik dari kejauhan kulihat Popo pulang kerumah dengan sambutan wanita itu yang begitu mesra. Sejak saat itu aku sadar dia telah menjadi milik orang lain, aku mendapatkan dua hadiah baru dari Tuhan atas semua dosa-dosaku. Rasa sakit karena Leukimia dan rasa sakit karena cinta, dua rasa yang menjadikanku sebagai orang paling malang di dunia.

Ketika aku terduduk di sebuah kursi menikmati segelas jus orange, seorang pria tanpa dosa duduk disampingku. Ia seperti sebuah takdir yang tak kuharapkan, wajahnya biasa saja. Matanya setengah katup ketika terdiam dan giginya berkawat seperti anak bodoh. Ia duduk dan memperhatikan aku, lalu memesan jus. Aku jadi bertanya-tanya siapa orang ini.

“ Hello.. apakah kamu tidak salah tempat duduk disini?”

Ia cuek dan menikmati keadaanya sendiri.

“ Hello.. aku bicara dengan kamu?” ujarku ulang

“ Emangnya ada yang salah kalau gua duduk disini, ini kan tempat umum. Emang di meja ini tertulis nama loe, emang tanah ini milik loe, emang tempat lapak jus ini punya loe?”ujarnya panjang dan tampak mengarang membuatku terdiam tanpa bicara

Tak ingin berurusan dengan pria ini aku pun pergi dan memberikan meja itu. ketika aku berjalan dia kembali mengikutiku, aku merasa seperti orang itu sakit jiwa. Aku takut dan terus berlari dan ia terus mengikuti hingga aku menjadi emosi mendekati pria itu

“ Mau loe apa sih, ngapain sih loe ikutin gua?”

“ Hello ada yang salah gua jalan disini. Ini kan tempat umum. Emangnya di sini tertulis nama loe. Emang ini tanah loe, emang ini jalanan punya loe?” ucapan yang sama dan panjang lebar tapi intinya sama

“ Iya disini atas nama gua, emang kenapa?”

Ia melentangkan tangannya. “ Mana bukti dan surat-suratnya?”

Aku seperti ingin mati lebih cepat saja dekat dengan orang ini.

“ Uda ah.. lo sakit jiwa ya..!”

Kutinggalkan pria itu dan terus berjalan , akhirnya aku lega ketika ia menghilang dari wajahku. Ini adalah pengalaman aneh dan takdir yang tak pernah aku bayangkan. Bahkan karena pria itu aku seperti melupakan rasa sakit hatiku oleh Popo. Tapi rasa hilang karena kesedihan itu hanya sesaat, saat aku kembali terdiam seorang diri, aku menangis kembali. Itu terjadi saat aku beristirahat sambil menunggu buswaya yang akan mengantarkanku pulang. sebuah suara muncul ditelingaku.

“ Sepertinya yang sakit jiwa itu loe deh, nangis ga jelas ditempat umum?”

Aku menoleh dan terkejut hingga ingin muntah melihat pria itu kembali

“ Uh……. Ngapain sih lo ada disini lagi.. enek tau ga gua sama loe?”

Jawaban yang sama terulang

“ Emang ada yang salah gua disini.ini kan tempat umum. Emangnya disini ada tertulis nama loe. Emang ini tanah loe dan emang ini busway punya loe?” ujarnya sempurna

“ Ya ya ya.. ini tempat umum dan silakan nikmati tempat ini tanpa perlu bicara dengan gua, bisa kan?”

“ Wanita yang aneh..” ledekknya padaku.

Busway datang dan aku langsung mencoba mencari tempat duduk kosong. Ntah mengapa ia memilih untuk duduk disampingku, aku sadar bila aku tanyakan maka jawaban ke empat yang sama akan muncul dari mulutnya yang tebal. Celakanya hidungku mimisan tanpa diundang, aku menjadi panik. Tamu ini sangat membuatku malu terlebih di tempat seperti ini.

Aku menutupi darah itu dengan tisue, pria itu memperhatikanku dengan aneh. Aku melotot padanya menunjukkan tidak kesenanganku.

“ Kok mimisan, punya penyakit berbahaya ga. Ini kan tempat umum. Ini busway bukan punya loe dan ini kursi bukan punya loe. Kok loe mimisan?”

Aku hanya mengeleng-gelengkan kepalaku. Ingin sekali kubunuh dia andai saja ada pisau di tasku. Saat hidungku membaik aku memutuskan untuk mencuri perhentian busway selanjutnya sebelum aku mati keki karena orang ini. Aku berjalan keluar dan ia mengikutiku, untung saja aku tau dan aku pun berbalik masuk ketika ia keluar dan ia tidak akan sempat masuk ke busway kerena padatnya orang yang ingin masuk. Aku tersenyum lebar di balik kaca busway melepas kebahagiaan didepannya ketika ia menatapku.

“ Dasar sakit jiwa?” ujarku.

***

Aku tidak ingin menghabiskan sisa hidupku tanpa berbuat sesuatu hingga akhirnya kuputuskan untuk berkerja di sebuah yayasan amal untuk menjadi guru bagi beberapa penduduk miskin yang ingin belajar dengan gratis. Itu kulakukan juga karena tak ingin membuat hatiku sedih karena kehilangan cinta seorang Popo, laki laki yang kukatakan dalam hatiku sebagai pria sempurna yang tak akan pernah ada gantinya. Ketika aku menginjakkan kakiku di kelas dan aku melihat jelas aku mendapatkan seoarang pasangan yang tak asing sebagai partnerku.

Pria aneh yang membuatku marah dan ternyata ia bernama Joey. Sungguh tragis dan itu mungkin neraka yang akan membuatku mati lebih cepat, tapi aku tidak bisa lari dari keadaan ketika beberapa murid melihatku dengan penuh antusias, rasanya terlalu kejam membiarkan mereka tidak menjadi apa-apa hanya karena rasa egois hatiku terhadap pria ini. kami bersalaman secara formal da tidak ada keanehan seperti kemarin dan aku pikir ia sudah lupa siapa aku, itu lebih baik.

Yayasan mengadakan makan bersama dan pria itu ditempatkan disampingku. Aku melihat ia hanya makan nasi dan tempe tanpa lauk yang lain. Aku pun bertanya untuk membuktikan keakraban kami.

“ Kok makannya Cuma itu, ga makan yang lain kan ada menu yang enak?”

Ia menatapku tajam seperti mengingat sesuatu

“ Ya gapapa , gua suka aja dengan menu ini. Ada yang salah?” ujarnya dan aku sadar pria ini tidak berubah atau bersandiwara seperti pertama kali aku kenal dia. Ini sifat aslinya sangat aneh.

“ Oh gapapa. Mungkin makan itu emang lebih enak. Banyak kok yang vegetarian, mungkin loe emang cocok !”

“ lah, gua emang vegetarian..” ujarnya

“ Oh ya.. kenapa mau jadi vegetarian..!”

Dia menatapku tajam dan terdiam cukup lama dengan anehnya membuat aku seperti terlihat nafsu sekali bicara dengannya.

“ Biar ditanya aja?” jawabnya

“ Ya ampun. Jadi loe vegetarian Cuma untuk ditanya..?”

“ Iya keren kan..”

Aku hanya tertawa kecil. Ia manusia aneh yang baru pertama kali kutemuin.

Ia bukan hanya aneh tapi ia adalah orang yang telah membuatku merasa diriku yang sebenarnya. Ia hadir dalam sebuah takdir yang tak kuharapkan. Ketika aku sedih aku selalu memilih bicara dengannya. Hingga perjalanan kebersamaan kami cukup lama, aku mungkin jatuh cinta padanya. Tapi aku tidak mengerti mengapa harus cinta bila aku lebih melihat dia sebagai sosok sahabat untuk mengisi kekosongan hatiku.

Sifatnya yang bak autis dan melihat dunia itu miliknya juga teratur mengajarkan aku tentang sebuah kesadaran bahwa ia bisa bahagia dengan caranya sendiri. Sedangkan aku harus bahagia dengan menutupi kesedihan di hatiku, setiap saat aku mencoba untuk kembali ke Popo setiap saat itu pula aku hanya merasakan sakit hati karena setiap itupula aku melihat wanita lain di hatinya.

Umurku semakin pendek, aku ingin meninggalkan dunia dengan baik dan permintaanku cukup sederhana. Aku hanya ingin tau kenapa aku meninggalkan Popo dikala itu, aku memberanikan diriku untuk menemuinya dan kami bicara secara empat mata. Popo menatapku dengan sebuah wajah yang tampak emosi dan hendak ingin membunuhku. Lalu aku jelaskan keadaanku, perlahan wajahnya mengendur dan simpati. Ia patut tau tentang penyakitku dan itu lebih baik.

Aku tidak mengharapkan cintanya kembali, aku hanya mengharapkan ia tau yang sebenarnya sehingga aku tidak membawa rahasia ini sampai mati. Tpai aku beruntung ia memutuskan dan memberikan aku kesempatan untuk kembali padanya. Aku tidak berpikir apa aku akan kembali, tapi mengapa terasa tidak adil ketika aku sedang berkerja dan bersama Joey. Melihatnya seolah aku tanpa sadar menyatakan ada kematian di wajahnya.

“ Joey aku punya dua pilihan untuk kamu bisakah kamu memilih dengan serius?”

“ Perlu sekali aku jawab?” tanyanya seperti biasa belagu

“ Ya.. “

“ Ok katakan..?”

“ Gua mau tau, lo lebih suka dikenang apa mengenang!”

“ Simple sih jawabannya tergantung takdir.. kalau lo mati dulu gua yang mengenang loe.kalau gua mati ya loe mengenang gua..!”

Aku terkejut dan inilah jawaban yang membuatku semakin sadar hidupku akan berakhir. Aku beruntung di sisa akhir hidupku ada orang yang kusayangin disampingku. Aku berjanji dalam hatiku bila aku pergi aku tidak ingin Joey tau keadanku. Biarkan dia mengenangku terus agar itu lebih baik daripada aku mengenangnya, mungkin di liang kuburku nanti aku tidak perlu mati dengan wajah BT karenanya.

Aku pergi setelah beberapa saat kemudian. Dan Joey hanya mendapatkan sebuah surat yang kutinggalkan padanya dan itu diberikan oleh Popo untuknya

Tulisan terakhirku.

“ Kenanglah apa yang bisa kamu kenang tentang aku. tapi jangan kau hapus senangnya dan biarkan itu menjadi lambang takdir yang tidak pernah kita harapkan untul bertemu”

Joey dengan santai terduduk dan berkata dalam hatinya lebih dalam

“ aku tau tentang kamu lebih dari apapun Angel. tentang penyakitmu. Dan aku pun sadar yang lakukan hanya dengan menunjukkan sisi bodohku untuk menutupi rasa sedihmu. Selamat jalan sahabat”



tamat

Sabtu, 14 Februari 2009

Cerpen dikit ah

KISAH VALLENTINE


Sinopsis cerita

Kesempurnaan hidup terkadang tidak akan pernah lengkap bagi siapapun. Kisah ini bercerita tentang seorang Charis yang mencari pasangan di hari Valentine, ia tidak pernah berpikir akan ditakdirkan oleh seorang gadis bernama Agnes. Dari segi apapun gadis itu terlihat sempurna tapi ia mempunyai kekurangan yang tidak bisa ditutupi bahwa ia adalah seorang gadis tunarungu berhati mulia dan baik.

Mereka berhabat dalam perbedaaan, hingga suatu ketika muncul Denny sahabat sekolah Charis yang menantang ia membawa gadis dalam pesta Valentine sekolahnya. Mereka memang selalu bersaing dalam hal apapun. Charis pria yang mempunyai gengsi tinggi terhadap wanita tanpa sadar batas waktu acara telah membuat seluruh gadis disekolahnya telah berpasangan. Ia pun tidak kehilangan akal mengajak agnes sebagai pasangan valentinenya.

Semuanya berjalan baik, Charis sempat mengingatkan Agnes untuk menutup jati dirinya sebagai gadis bisu walaupun itu sangat melukai perasaan Agnes. Tapi demi sahabat ia rela melakukan yang terbaik, Charis menjadi pangeran yang sempurna saat pesta itu bersama Agnes. Tapi rahasia itu hanya berjalan sesaat hingga Denny menyadari bahwa Agnes gadis cacat. Semua terbongkar, tidak ingin malu dengan keadaan Charis pun melupakan sahabat baiknya itu tanpa pernah mengucapakan apapun.

Agnes tidak bersedih karena hinaan tapi ia bersedih karena kehilangan sahabat, Ia hanya punya satu kesempatan berbuat sesuatu untuk sahabat baiknya itu. apakah itu? ikutin kisah Valentine yang paling menyedihkan dan berkesan bagi anda untuk berpikir bahwa Cinta itu adalah lambang bagi siapapun termasuk sahabat kita

Kupersembahkan kisah ini untuk kakekku yang telah tiada, kekasih yang pernah ada dalam hidupku dan sahabat-sahabatku yang ada disampingku setiap saat.

KISAH VALENTINE TERAKHIR.

Aku pernah bertanya dalam hatiku, apa yang aku cari ketika di hari semua orang memberikan kasih sayang. Sedangkan aku tetap disini untuk terdiam, bertanya siapa yang akan memberikan aku sebuah coklat ataupun setangkai mawar merah yang artinya aku disayangi. Dan ternyata hingga kini usiaku 20 tahun, tak seorang pun yang memberikan hadiah, namun tahun ini aku mendapatkan sebuah hal yang tak pernah aku pikirkan. Hadiah dari kakekku.

Ia datang menempuh jarak yang cukup jauh dengan sepeda tuanya yang layak untuk dimuseumkan. Bunyi sepeda yang mengiris dengki dan ngilu. Namun ia tetap setia datang untuk memberikan aku sebuah hadiah. Aku membuka pintu utama rumahku ketika ia datang memarkir sepedanya di halaman rumahku. Ia tersenyum menatapku dengan membuka topi tua klasik cinanya. Usianya yang sudah 70 tahun tampak terlihat dengan rambutnya yang sudah memutih.

“Kakek, kok siang siang gini datang, apa ga kepanasan?.”
“Gapapa. Mana mamamu?.” tanya Kakek.
“Dia lagi pergi ke rumah tetangga.”
“Oh… ya sudah tak apa. Kamu kenapa tidak kuliah?.”
“Ya, ampun Kakek, ini kan hari libur, hari minggu. Kakek pikun, ya?.”
“Ah… maaf, Kakek lupa. Ini, Kakek ada hadiah kecil untuk kamu.”

Kakek memberikan aku sebuah hadiah dalam kotak kecil usam yang berwarna merah. Tampak dekil dan aku menyentuhnya dengan sedikit jijik, lalu membukanya. Tampak sebuah liontin anting berbentuk bunga matahari perak.

“Apa ini?.”
“Ini hadiah untuk kamu. Cuma ada satu. Satunya lagi ilang. Ini saja baru Kakek temukan pas lagi beres-beres gudang, sayang kalau dibuang. Itu hadiah berkesan Kakek untuk kamu.”
“Hah…? Mana jaman aku pake ginian?.”
“Hehehe… ya simpan saja kalau kamu tidak suka.”
“Oh, kakek mau masuk dulu ga?.”
“Kakek mau duduk di teras rumah kamu saja. Kamu ambilkan kakek teh hangat saja.”
“Oo… ya sudah, tunggu ya!”

Beberapa saat kemudian aku keluar dengan sebuah teh hangat sisa milik ayahku yang sedang pergi bersama ibu. Memberikan teh tersebut di meja teras, menatap wajah kakek yang sedang termenung memandang halaman rumahku yang dipenuhi ikan mas di kolam kecil.

“Kek, ini air tehnya!.”
“Makasih. Kamu kenapa, kok valentine gini masih di rumah?.”
“Hm… kakek tau valentine juga, ya? Kirain ga ada jamannya!.”
“Enak saja! Biar tua gini, kakek juga pernah muda lah!.”
“Oh, gitu ya…”

Aku memperhatikan wajahnya yang termenung. Keringat basah yang bercucuran di keningnya terlihat menyatu dengan keriput tua di garis wajahnya. Lalu ia tiba-tiba mengajakku bicara.

“Kamu kenapa tidak punya pacar sampe sekarang?.”
“Ga tau, Kek. Nasib jelek kali. Emangnya kenapa?.”
“Gapapa. Kakek juga pernah berpikir sama kayak kamu kok. Tapi jangan cemas Angel, takdir cinta manusia itu akan selalu ada.”
“Lah… kok bisa ngomong gitu? Kan Angel ga jelek-jelek amet, Kek. Kenapa masih single, ya? Iri deh sama temen-temen yang punya pacar di Valentine gini.”
“Hehehe… Kakek ada cerita buat kamu. Mau denger?.”

Aku mulai males mendengarkan dongengnya yang selalu kudengar sejak kecil. Namun kesepian dalam rumah juga membosankan. Akhirnya aku terdiam mendengarkan kisahnya saja. Toh tidak ada salahnya.

Di masa lalu. 1943

Charis ( Kakekku) adalah seorang pria bergengsi dalam segala hal. Bahkan hingga ia duduk di bangku SMA, ia tidak mendapatkan kekasih yang ia inginkan. Namun ia bertaruh dengan seorang rekannya akan membawa seorang wanita di hari Valentine. Ia pun bertekad memamerkan wanita itu pada harinya. Dengan segenap usaha dan waktu yang sempit, ia pun mulai mencari-cari. Dari adik kelas yang cantik hingga kakak kelas yang cantik, semuanya ia coba cari untuk menjadi pacarnya.

Namun tidak ada satupun yang berhasil membuat hatinya luluh. Wajah kakek tidak jelek-jelek banget untuk menjadi pria jomblo. Ketika ia pulang sekolah dengan sepedanya yang masih ada hingga sekarang ia pakai, bannya kempes karena tertancap paku. Ia pun terpaksa mendorong sepeda itu hingga kerumah. Di dalam perjalanan, seorang gadis muda berlari memukul kepalanya dengan keras. Wanita itu tampak pucat. Kakek kontan marah.

“Ngapain sih lo, pake mukul kepala gua? Sakit tau!.”

Gadis itu tampak pucat dan tidak bicara. Ia hanya mengerakkan tangan seperti memberikan sandi kepada Charis untuk mengerti maksudnya.

“Apa sih? Ga ngerti, ah! Gila ya lo?.”

Gadis itu terus mengerakkan tangannya. Wajahnya seperti meminta pertolongan. Charis mengira gadis itu tidak waras, lalu pergi ketakutan. Tapi gadis itu tidak menyerah begitu saja, ia pun menarik lengan baju Charis. Charis pun semakin marah..

“Eh, orang cacat, ngapain sih ganggu gua? Ngomong aja ga bisa, uda sana pergi!.”

Gadis itu terdiam. Ia menangis dan Charis menjadi tak enak hati berkata kasar. Lalu berkata

“Emang ada apa sih?.” tanya Charis

Gadis itu menarik tangan Charis untuk mengikutinya. Memasuki sebuah tepi hutan kosong. Ketika mereka tiba, terlihat seekor anak burung terjatuh dari kandangnya yang terdapat di atas rumah pohon leci. Charis mengerti maksud gadis itu, ia hendak meminta tolong Charis mengembalikan burung kecil itu diatas pohon. Charis hanya berpikir mengapa gadis itu harus peduli terhadap burung kecil yang tak ada artinya tersebut. Untungnya bayi burung kecil itu tidak terluka. Ia selamat ke kandangnya. Gadis itu tampak senang. Wajahnya yang sedih kemudian berseri-seri.

“Uda kan? Sana pulang!.” ujar Charis.

Charis pun meninggalkan gadis itu begitu saja. Namun gadis itu menempuk badannya dari belakang.

“Kenapa lagi?.”

Gadis itu mengambil sebuah tangkai pohon kecil menuliskan sesuatu di tanah liat. Lalu Charis membacanya.

“Nama gua sapa? Oh, nama gua Charis, kamu?.” tanya Charis.
“Agnes,” tulisan itu berkata.
“Oh… Agnes, “ ujar Charis.

Gadis itu kemudian menuliskan tulisan kembali.

“Terima kasih. Salam kenal.”

“Ok. Sama-sama. Gua pulang dulu, ya. Lo pulang sana. “

Charis berjalan meninggalkan Agnes. Namun Agnes terus mengikuti pria itu. Charis menjadi risih namun tidak berusaha peduli. Ia terus mengotong sepedanya dan gadis itu terus mengikutinya. Ia semakin emosi.

“Ngapain sih lo, ikutin gua terus?”

Gadis itu terdiam kemudian menunjuk rumah disampingnya. Charis yang tampak marah ikut terdiam memperhatikan rumah di pinggir jalan yang cukup besar.

“Itu rumah lo?.” tanya Charis dan Agnes mengangguk tanda ya..
“Oh… sorry, kirain gua lo ikutin gua terus. Kalau gitu pulang sana. Gua mau pulang juga!.”

Charis memastikan gadis itu telah masuk ke rumahnya. Hatinya tenang. Ia tidak berpikir gadis itu jelek, namun sayang ia bisu. Andai saja ia tidak bisu, ia akan terlihat sempurna. Ketika beberapa meter berjalan, gadis itu kemudian kembali berlari mendekatinya. Nyaris saja Charis naik pitam, namun ketika gadis itu muncul dengan alat pompa, ia mulai mengerti kebaikan gadis itu. Charis menatap gadis itu yang baik hati. Kemudian mereka berpisah.

Keesokan harinya.

Charis sedikit emosi ketika sahabatnya Denny tak henti-henti mengejek dia tidak laku. Hari Valentine semakin dekat namun ia belum saja mendapatkan gadis impian. Akhirnya ia pun memutuskan bolos dari pelajaran selanjutnya. Ia menarik sepedanya kabur dari sekolah dengan ejekan teman-temannya. Ia mengayuh arah sepedanya tanpa arah. Kemudian hujan turun. Ia terhenti di sebuah pohon kecil untuk berteduh dari hujan besar tersebut.

“Denny sialan, pake ngeledekin gua. Dia ga tau aja cewek impian gua kayak apa. Emangnya gua murahan kayak dia, semua juga diembat! Bikin keki aja!.”

Ketika ia mengeluh. Hujan tak semakin mengecil namun semakin besar. Tiba-tiba muncul Agnes, gadis bisu yang ia jumpai dengan sebuah payung berjalan melihatnya. Gadis itu kemudian menyapanya dengan tepukan tangan. Charis yang sedang melamun sedikit kaget ketika melihat Agnes.

“Ngapain lo ujan-ujan keluyuran?.” tanya Charis.

Kali ini gadis itu tidak lagi terdiam. Ia mengambil tas yang berisi buku kecil kemudian menuliskannya.

“Habis pergi lihat burung kemarin. Ingat?.”

“Oh… inget. Ngapain dilihatin terus, emang itu burung lo?.”
“Bukan. Itu burung tak dikenal. Kasian takut jatuh lagi. Dan ternyata tidak. Kamu keujanan, ya?.” tulisnya.
“Ya, iyalah. Emang kalau disini berdiri ngapain?.”
“Tunggu ya, aku pulang ambil payung buat kamu.”
“Hah… ga usah! Repotin aja.”

Agnes tersenyum kemudian berlari bersama payungnya menembus hujan lebat. Mungkin ia tidak mendengarkan suara larangan Charis karena hujan besar membisingkan suasana. Beberapa saat kemudian, gadis itu kembali dengan pakaian yang basah walau mengunakan payung. Ia tersenyum sambil memberikan payung itu pada Charis.

“Idih… lo ngeyel amet, sih! Uda bilang jangan, liat deh lo jadi basah kuyub gitu!.”
“Gapapa. Aku uda biasa. Ini payung, pake ya… Aku mesti pulang dulu.”
“Terus, gua balikin payung ini gimana?.”
“Kamu masih inget kan rumah aku? Ntar kalau sempat kembalikan, kalau tidak sempat, ya sudah buat kamu saja.”
“Oh, ya uda.”

Charis melihat gadis itu berlari menghilang diantara hujan. Ternyata Agnes berlari ke sebuah tempat orang lain berteduh. Ia melihat seorang ibu yang terdiam menunggu hujan dengan wajah cemas danm kedinginan. Ia mendekati sang ibu kemudian memberikan payung itu pada ibu tersebut. Ia berhenti di jalan tadi, sebelumnya ia berkata pada ibu itu untuk tidak ragu meminjam payungnya karena tidak mungkin ia pulang kerumah mengambil payung lagi . Payung yang ia gunakan sekarang ia berikan kepada ibu itu. Payung yang lainnya kini dipakai oleh Charis dan Agnes pulang tanpa payung.

***

Charis menuju rumah gadis itu untuk mengembalikan payung yang ia pinjam ketika hujan lusa lalu. Ia tiba ke rumah yang cukup besar, namun tampak sepi. Ia mengetuk pintu dan kemudian muncul Agnes menyambutnya. Tanpa basa-basi, Charis mengembalikan payung tersebut. Ia menatap wajah Agnes yang cukup cantik dari kepala hingga kakinya dan mulai berpikir.

“Mungkin kalau Agnes gua bawa ke Valentine nanti, mereka bakal kaget, ya? Cantik… tapi dia kan bisu. Gimana ya, ntar jadi ejekan lagi.“

Ia pun melewatkan angan-angan itu dan pergi menuju sekolahnya. Agnes menatap pria itu dengan tersenyum. Melambai-lambaikan tangannya terlihat girang memberikan salam perpisahan. Di sekolah, kembali terjadi perdebatan dengan Denny.

“Charis, valentine itu besok. Mana cewek, lo?.” ledek Denny dan Charis terdiam sambil berpura-pura menulis.
“Udalah, Charis. Kita tau kok lo homo. Hahahaha…” seluruh kelas tertawa dan Charis mulai tidak tahan.
“Gua bukan homo! Gua ada pacar dan namanya Agnes!!.”

Seluruh isi kelas yang bising menjadi sunyi mendengar ucapan Charis. Denny tidak percaya begitu saja.

“Oh… kalau gitu besok buktikan. Tapi… kalau sampe dia ga ada atau lo cuma bohong, lo kita anggap homo. Semua orang uda pikir gitu juga dan mereka saksi. Ok!!.”
“Ok!!”

Charis terlanjur mengeluarkan janji yang tidak bisa ia pungkiri. Sepanjang perjalanan ia mulai berpikir kesalahan fatal yang ia katakan. Tidak ada jalan lain selain menjalankan semuanya dengan terpaksa. Ia pun pergi menuju rumah Agnes. Agnes menyambutnya dengan gembira. Lalu Charis menawarkan rencananya yang disambut kaget oleh Agnes.

“Mau ga? lo besok ikut valentine day di sekolah gua?.”
“Emang boleh?.” tulis Agnes.
“Boleh… tapi janji satu hal ya sama gua.”
“Apa?”
“Maaf sebelumnya. Jangan pernah tunjukin ke semua orang kalau lo itu bisu?.”

Wajah Agnes seketika terlihat murung. Walau tersinggung, ia pun bersedia menyanggupinya. Charis pun mengatur semuanya. Mulai dari semua pembicaran yang tidak boleh menujukkan ia adalah seorang bisu. Hingga penjemputan dan apapun yang dapat membuatnya tidak malu karena membawa Agnes ke sekolahnya. Hari itu pun ditunggu.

Keesokan harinya.

Charis terpaku ketika menjemput Agnes dengan sepedanya. Gadis itu terlihat cantik dengan gaun putihnya. Ia sedikit terlena melihat Agnes begitu cantik dan sempurna. Ia pun membawanya ke sekolah. Di sekolah telah terlihat semua murid yang membawa pasangan masing-masing. Ketika Charis dan Agnes tiba, semua mata terpaku tak percaya. Mengapa Charis bisa membawa seorang gadis cantik. Termasuk Denny, lawan taruhannya.

“Ini Agnes, pasangan gua!.” kenal Charis pada Denny yang juga langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.

Kemudian keduanya meninggalkan Denny dengan perasaan malu karena harus mengakui kehebatan Charis. Pesta berakhir sukses dengan kemenangan Charis. Kemudian Charis dan Agnes dapat pulang dengan senyuman besar. Dalam perjalanan, Agnes menepuk pundak Charis dari sepedanya.

“Kenapa?.”
“Mau anterin aku ke rumah pohon burung itu ga?.” tulis Agnes

Charis pun melaju sepedanya ke rumah pohon tersebut. Ketika mereka tiba, Agnes menangis histeris. Ini pertama kalinya Charis mendengar suara pertama dari gadis itu. Ia menangis karena burung kecil itu terjatuh lagi dan kali ini terluka cukup parah hingga kakinya mengalami luka. Charis dan Agnes tidak dapat berbuat apa apa selain membawa burung itu kerumah Agnes. Setelah mengobati lukanya, burung itu dirawat di rumah Agnes.

“Lo kenapa begitu peduli sama burung kecil ini?.”
“Karena burung ini hidup di kandang yang dibuat oleh Kakek untuk aku sebelum meninggal,” tulis Agnes.
“Oh…” lalu Agnes pun bercerita.

Ia memang datang ke kampung kakeknya untuk mengambil barang-barang yang hendak dipindahkan dari rumah kakeknya. Jadi, ia hanya menikmati liburan disini hingga ayah dan ibunya datang menjemputnya.

“Jadi, lo akan pergi dong?.” tanya Charis.
“Iya. Kapan-kapan kamu datang ya, ke daerahku di Bekasi.”
“Hm. Kalau ada waktu datang dong. Kan rumah ini tetap perlu dijaga.”
“Iya pasti, kok. Lagian aku masih lama disini. Tenang aja!.” Tulis Agnes.

Charis pun semakin mengenal gadis berhati mulia itu. Ia mulai menjadi dekat dengan gadis itu. Setiap hari mereka selalu merawat burung itu bersama. Hubungan yang semakin dekat dari hari ke hari, hingga Denny memergoki Charis bersama gadis itu dan menyadari gadis itu cacat. Ia mulai berambisi membuat malu Charis di seluruh kelasnya.

Charis pergi ke sekolah dan semua memandangnya lucu. Ia tak mengerti apa yang mereka tertawakan hingga ketika ia tiba di kelasnya muncul tulisan.

“PACAR CHARIS ITU CACAT ALIAS BISU. TUNA WICARA. KASIAN DEH LO”

Charis spontan marah dan menghapus tulisan itu, namun semua orang mulai tau. Ia pun menjadi malu karenanya. Denny datang menghampirinya.

“Alow, kekasih bisu. Ternyata level lo ama gadis cacat, ya? Hahahaha…”

Mendengar ejekan itu, Charis marah dan menghajar Denny. Mereka terlibat perkelahian dan dihukum oleh guru mereka. Charis yang telah malu, menjadi emosi sehingga ia mulai berpikir untuk memperbaiki nama baiknya dengan memacari seorang adik kelas yang ia tidak cintai. Mereka pun jadian. Denny mengunakan kesempatan ini untuk bertemu dengan Agnes. Ia pun membongkar semua tujuan Charis kepada Agnes.

“Jadi, dia deketin lo cuma buat bikin gua malu supaya dia keliatan laku? Padahal dia cuma manfaatin, lo! Mana mau dia sama, lo! Cacat! Bisu gitu!.”

Agnes berlari menangis mendengarkan kata-kata itu. Ia mulai curiga ketika melihat Charis menghilang sejak beberapa hari lalu tanpa pernah menemuinya. Ia tiba di rumahnya dengan penuh air mata. Hatinya terluka. Sedangkan Charis tidak pernah tau jika rahasia tujuannya kepada Agnes telah dibongkar oleh Denny. Ia memang tak pernah mengujungi Agnes untuk beberapa hari karena kekasih barunya selalu ingin ditemani setiap saat.

***

Agnes merawat burung kecil itu hingga kembali normal. Ia pun berpikir untuk mengembalikan burung itu ke rumah kecilnya. Ketika ia mencoba memanjat ke rumah pohon itu, ia terjatuh. Charis tiba-tiba muncul dan menolongnya. Namun Agnes mendorong tubuhnya dengan wajah marah. Charis menjadi bingung.

“Kok lo marah, kenapa?”

Agnes tidak berkata apapun. Ia pergi begitu saja meninggalkan Charis. Tanpa sadar ketika terjatuh. Liotin anting yang Agnes pakai terjatuh satu disekitar pohon. Charis mengambilnya lalu mengejar gadis itu yang sedang berjalan dengan kaki kesakitan. Charis berusaha memanggil Agnes tapi sia-sia, ia tidak mengerti mengapa gadis itu marah padanya. Ia pun menghentikan langkah gadis tersebut. Agnes mengeluarkan sebuah tulisan.

“Aku memang cacat, tapi aku ga bodoh! Aku bukan mainan yang bisa kamu gunakan buat acara valentine kamu sebagai wanita pajangan! Terlebih buat taruhan kamu sama temen kamu!!”

Charis sontak kaget ketika rahasia yang ia simpan rapat terbongkar. Ia melihat Agnes menangis dan hatinya merasa tak enak. Lalu membiarkan gadis itu pergi. Ketika gadis itu semakin menjauh, ia menyadari kesalahannya, lalu berteriak.

“Nes… sorry! Sorry!”

Agnes berjalan tanpa mendengarkan apapun, hatinya terlanjur sakit. Ia pun meninggalkan pria itu seorang diri. Charis menatap liotin anting di tangannya. Ia marasa tidak pantas untuk bicara dengan dirinya yang hina. Kemudian kembali ke rumah pohon kecil burung tersebut. Ia pun ingin menebus kesalahannya terhadap Agnes. Rumah pohon itu tampak rusak karena dibangun seadanya. Ia pun berpikir ingin memberikan hadian kepada Agnes dengan membuat rumah baru untuk burung-burung yang akan hidup disana.

Charis pun menjadi sibuk setiap harinya. Dengan penuh perjuangan, ia membangun rumah tersebut dan berhasil dengan sempurna tiga hari kemudian. Rumah burung diatas pohon itu menjadi indah dan rapi. Ia pun segera menuju rumah Agnes. Agnes sesungguhnya selalu memperhatikan apa yang dilakukan Charis setiap harinya. Ia menyadari laki-laki itu tidak seburuk yang ia pikir, namun ia sadar kepergiannya sesaat lagi akan tiba. Ia pun sadar dirinya yang cacat dan bisu hanya menjadi celahan Charis karena kesalahan berteman dengannya. Karena gadis cacat dianggap kutukan pada saat itu.

Ia pun meminta pembantunya untuk bilang kepada Charis kalau ia telah kembali ke kampung halamannya. Charis tampak terkejut mendengarkan kepergian gadis itu begitu cepat. Ia termenung bersalah, kemudian memberikan liontin anting yang dijatuhkan Agnes kepada pembantunya agar diberikan kelak bila bertemu kembali. Dengan air mata yang jatuh membasahi pipi. Agnes pun menatap kepergian Charis penuh duka. Charis pun kembali ke rumah dengan perasaaan sedih.

Beberapa hari kemudian, Jepang datang menginvasi Indonesia. Daerah tempat tinggal Charis menjadi salah satu konflik. Ia pun harus segera mengungsi bersama orang tuanya. Sebelum ia pergi, ia sempatkan untuk melihat rumah burung kecil di atas pohon. Tampak burung kecil itu menjadi dewasa dan hendak terbang. Ia pun menemukan sesuatu di rumah tersebut.

Sebuah liontin anting yang ia titipkan kepada sang pembantu dan sebuah surat kecil tulisan Agnes.

“Terima kasih atas rumah kecil ini. Kelak mungkin kita tidak akan pernah sadar kita adalah sebuah takdir. Simpanlah satu liotin ini sebagai kenangan terakhir yang bisa kuberikan kepadamu. Jika kita berumur panjang, kita akan bertemu. Jika tidak, biarkan kehidupan lain menanti kita. Satu dihatiku dan satu dihatimu untuk selamanya.”

Charis menangis dengan berat hati ketika ia menyimpan liotin tersebut. Ia pun mengungsi untuk selama perperangan. Agnes pun menghilang dengan selamanya. Sejak saat itu, mereka tidak pernah bertemu. Setelah perang usai, Charis pergi ke Belanda untuk kuliah dan kembali dengan menikahi seorang wanita yang akhirnya menjadi nenek Angel. Ia tak pernah menyadari liontin itu tersimpan dan masih ada hingga ia membenarkan isi gudangnya.

Kembali ke masa sekarang.

Angel tampak menitihkan air mata ketika mendengarkan kisah kakeknya. Tidak seperti biasa, ia selalu mengantuk ataupun beralasan untuk tidak pernah niat untuk mendengar. Kali ini kisah tersebut telah meruntuhkan sanubarinya untuk mendengar kisah tragis cinta tersebut. Hanya satu pertanyaan yang bisa ia berikan kepada sang kakek.

“Kakek, apa yang akan kakek lakukan bila bisa bertemu Agnes lagi”
“Itu tidak mungkin. Dia mungkin telah meninggal. Usia kakek sudah 70an sekarang. Ketika dulu, ia lebih tua 3 tahun dari kakek. Mungkin ia telah meninggal.“
“Ya… jawab dong kalau andai saja!”
“Ok. Kakek mau bilang satu hal sama dia. Kisah valentine antara kakek dengan dia adalah kisah terakhir yang paling indah dalam hidup kakek. Karena itulah valentine pertama kakek.”

Angel memeluk kakeknya. Ia begitu terharu terhadap kisah cinta sang Kakek. Beberapa tahun kemudian, ia mendapatkan seorang laki-laki yang ia cintai dan akhirnya menikah. Dalam sebuah undangan yang tak terduga, seorang wanita tua datang dengan sebuah tongkat di tangannya bersama sang cucu. Nenek itu mengunakan kalung yang tak asing bagi Angel. Nenek itu memberikan ucapan selamat. Angel hanya memadang nenek itu seperti asing, namun tidak pada kalung yang ia gunakan.

Kakek yang duduk di kursi paling ujung, mendapatkan giliran untuk bersalaman. Kakek melihat dengan jelas liotin yang nenek itu pakai. Air matanya terhanyut begitu saja. Sang Nenek bertanya kepada cucu itu melalui cucunya yang mengerti bahasa isyarat tangan dari sang nenek.

“Kakek, nenek saya ingin berkata sesuatu sama kamu. “
“Apa, nak?”
“Kakek sudah tua, tak malu menangis di hadapan anak-anak muda? Hehehe…,” ledek nenek itu.
“Siapa nama nenekmu?”
“Agnes.”

Tamat



selamat hari valentine semuanya

untitle

Satu kata yang terucap Mengguncang gelora hati Satu Kata yang kau ucap Gemuruh hati tanpa henti Kau ucap kata perih untukku Tak dapat...