Langsung ke konten utama

Cerpen dikit ah

KISAH VALLENTINE


Sinopsis cerita

Kesempurnaan hidup terkadang tidak akan pernah lengkap bagi siapapun. Kisah ini bercerita tentang seorang Charis yang mencari pasangan di hari Valentine, ia tidak pernah berpikir akan ditakdirkan oleh seorang gadis bernama Agnes. Dari segi apapun gadis itu terlihat sempurna tapi ia mempunyai kekurangan yang tidak bisa ditutupi bahwa ia adalah seorang gadis tunarungu berhati mulia dan baik.

Mereka berhabat dalam perbedaaan, hingga suatu ketika muncul Denny sahabat sekolah Charis yang menantang ia membawa gadis dalam pesta Valentine sekolahnya. Mereka memang selalu bersaing dalam hal apapun. Charis pria yang mempunyai gengsi tinggi terhadap wanita tanpa sadar batas waktu acara telah membuat seluruh gadis disekolahnya telah berpasangan. Ia pun tidak kehilangan akal mengajak agnes sebagai pasangan valentinenya.

Semuanya berjalan baik, Charis sempat mengingatkan Agnes untuk menutup jati dirinya sebagai gadis bisu walaupun itu sangat melukai perasaan Agnes. Tapi demi sahabat ia rela melakukan yang terbaik, Charis menjadi pangeran yang sempurna saat pesta itu bersama Agnes. Tapi rahasia itu hanya berjalan sesaat hingga Denny menyadari bahwa Agnes gadis cacat. Semua terbongkar, tidak ingin malu dengan keadaan Charis pun melupakan sahabat baiknya itu tanpa pernah mengucapakan apapun.

Agnes tidak bersedih karena hinaan tapi ia bersedih karena kehilangan sahabat, Ia hanya punya satu kesempatan berbuat sesuatu untuk sahabat baiknya itu. apakah itu? ikutin kisah Valentine yang paling menyedihkan dan berkesan bagi anda untuk berpikir bahwa Cinta itu adalah lambang bagi siapapun termasuk sahabat kita

Kupersembahkan kisah ini untuk kakekku yang telah tiada, kekasih yang pernah ada dalam hidupku dan sahabat-sahabatku yang ada disampingku setiap saat.

KISAH VALENTINE TERAKHIR.

Aku pernah bertanya dalam hatiku, apa yang aku cari ketika di hari semua orang memberikan kasih sayang. Sedangkan aku tetap disini untuk terdiam, bertanya siapa yang akan memberikan aku sebuah coklat ataupun setangkai mawar merah yang artinya aku disayangi. Dan ternyata hingga kini usiaku 20 tahun, tak seorang pun yang memberikan hadiah, namun tahun ini aku mendapatkan sebuah hal yang tak pernah aku pikirkan. Hadiah dari kakekku.

Ia datang menempuh jarak yang cukup jauh dengan sepeda tuanya yang layak untuk dimuseumkan. Bunyi sepeda yang mengiris dengki dan ngilu. Namun ia tetap setia datang untuk memberikan aku sebuah hadiah. Aku membuka pintu utama rumahku ketika ia datang memarkir sepedanya di halaman rumahku. Ia tersenyum menatapku dengan membuka topi tua klasik cinanya. Usianya yang sudah 70 tahun tampak terlihat dengan rambutnya yang sudah memutih.

“Kakek, kok siang siang gini datang, apa ga kepanasan?.”
“Gapapa. Mana mamamu?.” tanya Kakek.
“Dia lagi pergi ke rumah tetangga.”
“Oh… ya sudah tak apa. Kamu kenapa tidak kuliah?.”
“Ya, ampun Kakek, ini kan hari libur, hari minggu. Kakek pikun, ya?.”
“Ah… maaf, Kakek lupa. Ini, Kakek ada hadiah kecil untuk kamu.”

Kakek memberikan aku sebuah hadiah dalam kotak kecil usam yang berwarna merah. Tampak dekil dan aku menyentuhnya dengan sedikit jijik, lalu membukanya. Tampak sebuah liontin anting berbentuk bunga matahari perak.

“Apa ini?.”
“Ini hadiah untuk kamu. Cuma ada satu. Satunya lagi ilang. Ini saja baru Kakek temukan pas lagi beres-beres gudang, sayang kalau dibuang. Itu hadiah berkesan Kakek untuk kamu.”
“Hah…? Mana jaman aku pake ginian?.”
“Hehehe… ya simpan saja kalau kamu tidak suka.”
“Oh, kakek mau masuk dulu ga?.”
“Kakek mau duduk di teras rumah kamu saja. Kamu ambilkan kakek teh hangat saja.”
“Oo… ya sudah, tunggu ya!”

Beberapa saat kemudian aku keluar dengan sebuah teh hangat sisa milik ayahku yang sedang pergi bersama ibu. Memberikan teh tersebut di meja teras, menatap wajah kakek yang sedang termenung memandang halaman rumahku yang dipenuhi ikan mas di kolam kecil.

“Kek, ini air tehnya!.”
“Makasih. Kamu kenapa, kok valentine gini masih di rumah?.”
“Hm… kakek tau valentine juga, ya? Kirain ga ada jamannya!.”
“Enak saja! Biar tua gini, kakek juga pernah muda lah!.”
“Oh, gitu ya…”

Aku memperhatikan wajahnya yang termenung. Keringat basah yang bercucuran di keningnya terlihat menyatu dengan keriput tua di garis wajahnya. Lalu ia tiba-tiba mengajakku bicara.

“Kamu kenapa tidak punya pacar sampe sekarang?.”
“Ga tau, Kek. Nasib jelek kali. Emangnya kenapa?.”
“Gapapa. Kakek juga pernah berpikir sama kayak kamu kok. Tapi jangan cemas Angel, takdir cinta manusia itu akan selalu ada.”
“Lah… kok bisa ngomong gitu? Kan Angel ga jelek-jelek amet, Kek. Kenapa masih single, ya? Iri deh sama temen-temen yang punya pacar di Valentine gini.”
“Hehehe… Kakek ada cerita buat kamu. Mau denger?.”

Aku mulai males mendengarkan dongengnya yang selalu kudengar sejak kecil. Namun kesepian dalam rumah juga membosankan. Akhirnya aku terdiam mendengarkan kisahnya saja. Toh tidak ada salahnya.

Di masa lalu. 1943

Charis ( Kakekku) adalah seorang pria bergengsi dalam segala hal. Bahkan hingga ia duduk di bangku SMA, ia tidak mendapatkan kekasih yang ia inginkan. Namun ia bertaruh dengan seorang rekannya akan membawa seorang wanita di hari Valentine. Ia pun bertekad memamerkan wanita itu pada harinya. Dengan segenap usaha dan waktu yang sempit, ia pun mulai mencari-cari. Dari adik kelas yang cantik hingga kakak kelas yang cantik, semuanya ia coba cari untuk menjadi pacarnya.

Namun tidak ada satupun yang berhasil membuat hatinya luluh. Wajah kakek tidak jelek-jelek banget untuk menjadi pria jomblo. Ketika ia pulang sekolah dengan sepedanya yang masih ada hingga sekarang ia pakai, bannya kempes karena tertancap paku. Ia pun terpaksa mendorong sepeda itu hingga kerumah. Di dalam perjalanan, seorang gadis muda berlari memukul kepalanya dengan keras. Wanita itu tampak pucat. Kakek kontan marah.

“Ngapain sih lo, pake mukul kepala gua? Sakit tau!.”

Gadis itu tampak pucat dan tidak bicara. Ia hanya mengerakkan tangan seperti memberikan sandi kepada Charis untuk mengerti maksudnya.

“Apa sih? Ga ngerti, ah! Gila ya lo?.”

Gadis itu terus mengerakkan tangannya. Wajahnya seperti meminta pertolongan. Charis mengira gadis itu tidak waras, lalu pergi ketakutan. Tapi gadis itu tidak menyerah begitu saja, ia pun menarik lengan baju Charis. Charis pun semakin marah..

“Eh, orang cacat, ngapain sih ganggu gua? Ngomong aja ga bisa, uda sana pergi!.”

Gadis itu terdiam. Ia menangis dan Charis menjadi tak enak hati berkata kasar. Lalu berkata

“Emang ada apa sih?.” tanya Charis

Gadis itu menarik tangan Charis untuk mengikutinya. Memasuki sebuah tepi hutan kosong. Ketika mereka tiba, terlihat seekor anak burung terjatuh dari kandangnya yang terdapat di atas rumah pohon leci. Charis mengerti maksud gadis itu, ia hendak meminta tolong Charis mengembalikan burung kecil itu diatas pohon. Charis hanya berpikir mengapa gadis itu harus peduli terhadap burung kecil yang tak ada artinya tersebut. Untungnya bayi burung kecil itu tidak terluka. Ia selamat ke kandangnya. Gadis itu tampak senang. Wajahnya yang sedih kemudian berseri-seri.

“Uda kan? Sana pulang!.” ujar Charis.

Charis pun meninggalkan gadis itu begitu saja. Namun gadis itu menempuk badannya dari belakang.

“Kenapa lagi?.”

Gadis itu mengambil sebuah tangkai pohon kecil menuliskan sesuatu di tanah liat. Lalu Charis membacanya.

“Nama gua sapa? Oh, nama gua Charis, kamu?.” tanya Charis.
“Agnes,” tulisan itu berkata.
“Oh… Agnes, “ ujar Charis.

Gadis itu kemudian menuliskan tulisan kembali.

“Terima kasih. Salam kenal.”

“Ok. Sama-sama. Gua pulang dulu, ya. Lo pulang sana. “

Charis berjalan meninggalkan Agnes. Namun Agnes terus mengikuti pria itu. Charis menjadi risih namun tidak berusaha peduli. Ia terus mengotong sepedanya dan gadis itu terus mengikutinya. Ia semakin emosi.

“Ngapain sih lo, ikutin gua terus?”

Gadis itu terdiam kemudian menunjuk rumah disampingnya. Charis yang tampak marah ikut terdiam memperhatikan rumah di pinggir jalan yang cukup besar.

“Itu rumah lo?.” tanya Charis dan Agnes mengangguk tanda ya..
“Oh… sorry, kirain gua lo ikutin gua terus. Kalau gitu pulang sana. Gua mau pulang juga!.”

Charis memastikan gadis itu telah masuk ke rumahnya. Hatinya tenang. Ia tidak berpikir gadis itu jelek, namun sayang ia bisu. Andai saja ia tidak bisu, ia akan terlihat sempurna. Ketika beberapa meter berjalan, gadis itu kemudian kembali berlari mendekatinya. Nyaris saja Charis naik pitam, namun ketika gadis itu muncul dengan alat pompa, ia mulai mengerti kebaikan gadis itu. Charis menatap gadis itu yang baik hati. Kemudian mereka berpisah.

Keesokan harinya.

Charis sedikit emosi ketika sahabatnya Denny tak henti-henti mengejek dia tidak laku. Hari Valentine semakin dekat namun ia belum saja mendapatkan gadis impian. Akhirnya ia pun memutuskan bolos dari pelajaran selanjutnya. Ia menarik sepedanya kabur dari sekolah dengan ejekan teman-temannya. Ia mengayuh arah sepedanya tanpa arah. Kemudian hujan turun. Ia terhenti di sebuah pohon kecil untuk berteduh dari hujan besar tersebut.

“Denny sialan, pake ngeledekin gua. Dia ga tau aja cewek impian gua kayak apa. Emangnya gua murahan kayak dia, semua juga diembat! Bikin keki aja!.”

Ketika ia mengeluh. Hujan tak semakin mengecil namun semakin besar. Tiba-tiba muncul Agnes, gadis bisu yang ia jumpai dengan sebuah payung berjalan melihatnya. Gadis itu kemudian menyapanya dengan tepukan tangan. Charis yang sedang melamun sedikit kaget ketika melihat Agnes.

“Ngapain lo ujan-ujan keluyuran?.” tanya Charis.

Kali ini gadis itu tidak lagi terdiam. Ia mengambil tas yang berisi buku kecil kemudian menuliskannya.

“Habis pergi lihat burung kemarin. Ingat?.”

“Oh… inget. Ngapain dilihatin terus, emang itu burung lo?.”
“Bukan. Itu burung tak dikenal. Kasian takut jatuh lagi. Dan ternyata tidak. Kamu keujanan, ya?.” tulisnya.
“Ya, iyalah. Emang kalau disini berdiri ngapain?.”
“Tunggu ya, aku pulang ambil payung buat kamu.”
“Hah… ga usah! Repotin aja.”

Agnes tersenyum kemudian berlari bersama payungnya menembus hujan lebat. Mungkin ia tidak mendengarkan suara larangan Charis karena hujan besar membisingkan suasana. Beberapa saat kemudian, gadis itu kembali dengan pakaian yang basah walau mengunakan payung. Ia tersenyum sambil memberikan payung itu pada Charis.

“Idih… lo ngeyel amet, sih! Uda bilang jangan, liat deh lo jadi basah kuyub gitu!.”
“Gapapa. Aku uda biasa. Ini payung, pake ya… Aku mesti pulang dulu.”
“Terus, gua balikin payung ini gimana?.”
“Kamu masih inget kan rumah aku? Ntar kalau sempat kembalikan, kalau tidak sempat, ya sudah buat kamu saja.”
“Oh, ya uda.”

Charis melihat gadis itu berlari menghilang diantara hujan. Ternyata Agnes berlari ke sebuah tempat orang lain berteduh. Ia melihat seorang ibu yang terdiam menunggu hujan dengan wajah cemas danm kedinginan. Ia mendekati sang ibu kemudian memberikan payung itu pada ibu tersebut. Ia berhenti di jalan tadi, sebelumnya ia berkata pada ibu itu untuk tidak ragu meminjam payungnya karena tidak mungkin ia pulang kerumah mengambil payung lagi . Payung yang ia gunakan sekarang ia berikan kepada ibu itu. Payung yang lainnya kini dipakai oleh Charis dan Agnes pulang tanpa payung.

***

Charis menuju rumah gadis itu untuk mengembalikan payung yang ia pinjam ketika hujan lusa lalu. Ia tiba ke rumah yang cukup besar, namun tampak sepi. Ia mengetuk pintu dan kemudian muncul Agnes menyambutnya. Tanpa basa-basi, Charis mengembalikan payung tersebut. Ia menatap wajah Agnes yang cukup cantik dari kepala hingga kakinya dan mulai berpikir.

“Mungkin kalau Agnes gua bawa ke Valentine nanti, mereka bakal kaget, ya? Cantik… tapi dia kan bisu. Gimana ya, ntar jadi ejekan lagi.“

Ia pun melewatkan angan-angan itu dan pergi menuju sekolahnya. Agnes menatap pria itu dengan tersenyum. Melambai-lambaikan tangannya terlihat girang memberikan salam perpisahan. Di sekolah, kembali terjadi perdebatan dengan Denny.

“Charis, valentine itu besok. Mana cewek, lo?.” ledek Denny dan Charis terdiam sambil berpura-pura menulis.
“Udalah, Charis. Kita tau kok lo homo. Hahahaha…” seluruh kelas tertawa dan Charis mulai tidak tahan.
“Gua bukan homo! Gua ada pacar dan namanya Agnes!!.”

Seluruh isi kelas yang bising menjadi sunyi mendengar ucapan Charis. Denny tidak percaya begitu saja.

“Oh… kalau gitu besok buktikan. Tapi… kalau sampe dia ga ada atau lo cuma bohong, lo kita anggap homo. Semua orang uda pikir gitu juga dan mereka saksi. Ok!!.”
“Ok!!”

Charis terlanjur mengeluarkan janji yang tidak bisa ia pungkiri. Sepanjang perjalanan ia mulai berpikir kesalahan fatal yang ia katakan. Tidak ada jalan lain selain menjalankan semuanya dengan terpaksa. Ia pun pergi menuju rumah Agnes. Agnes menyambutnya dengan gembira. Lalu Charis menawarkan rencananya yang disambut kaget oleh Agnes.

“Mau ga? lo besok ikut valentine day di sekolah gua?.”
“Emang boleh?.” tulis Agnes.
“Boleh… tapi janji satu hal ya sama gua.”
“Apa?”
“Maaf sebelumnya. Jangan pernah tunjukin ke semua orang kalau lo itu bisu?.”

Wajah Agnes seketika terlihat murung. Walau tersinggung, ia pun bersedia menyanggupinya. Charis pun mengatur semuanya. Mulai dari semua pembicaran yang tidak boleh menujukkan ia adalah seorang bisu. Hingga penjemputan dan apapun yang dapat membuatnya tidak malu karena membawa Agnes ke sekolahnya. Hari itu pun ditunggu.

Keesokan harinya.

Charis terpaku ketika menjemput Agnes dengan sepedanya. Gadis itu terlihat cantik dengan gaun putihnya. Ia sedikit terlena melihat Agnes begitu cantik dan sempurna. Ia pun membawanya ke sekolah. Di sekolah telah terlihat semua murid yang membawa pasangan masing-masing. Ketika Charis dan Agnes tiba, semua mata terpaku tak percaya. Mengapa Charis bisa membawa seorang gadis cantik. Termasuk Denny, lawan taruhannya.

“Ini Agnes, pasangan gua!.” kenal Charis pada Denny yang juga langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.

Kemudian keduanya meninggalkan Denny dengan perasaan malu karena harus mengakui kehebatan Charis. Pesta berakhir sukses dengan kemenangan Charis. Kemudian Charis dan Agnes dapat pulang dengan senyuman besar. Dalam perjalanan, Agnes menepuk pundak Charis dari sepedanya.

“Kenapa?.”
“Mau anterin aku ke rumah pohon burung itu ga?.” tulis Agnes

Charis pun melaju sepedanya ke rumah pohon tersebut. Ketika mereka tiba, Agnes menangis histeris. Ini pertama kalinya Charis mendengar suara pertama dari gadis itu. Ia menangis karena burung kecil itu terjatuh lagi dan kali ini terluka cukup parah hingga kakinya mengalami luka. Charis dan Agnes tidak dapat berbuat apa apa selain membawa burung itu kerumah Agnes. Setelah mengobati lukanya, burung itu dirawat di rumah Agnes.

“Lo kenapa begitu peduli sama burung kecil ini?.”
“Karena burung ini hidup di kandang yang dibuat oleh Kakek untuk aku sebelum meninggal,” tulis Agnes.
“Oh…” lalu Agnes pun bercerita.

Ia memang datang ke kampung kakeknya untuk mengambil barang-barang yang hendak dipindahkan dari rumah kakeknya. Jadi, ia hanya menikmati liburan disini hingga ayah dan ibunya datang menjemputnya.

“Jadi, lo akan pergi dong?.” tanya Charis.
“Iya. Kapan-kapan kamu datang ya, ke daerahku di Bekasi.”
“Hm. Kalau ada waktu datang dong. Kan rumah ini tetap perlu dijaga.”
“Iya pasti, kok. Lagian aku masih lama disini. Tenang aja!.” Tulis Agnes.

Charis pun semakin mengenal gadis berhati mulia itu. Ia mulai menjadi dekat dengan gadis itu. Setiap hari mereka selalu merawat burung itu bersama. Hubungan yang semakin dekat dari hari ke hari, hingga Denny memergoki Charis bersama gadis itu dan menyadari gadis itu cacat. Ia mulai berambisi membuat malu Charis di seluruh kelasnya.

Charis pergi ke sekolah dan semua memandangnya lucu. Ia tak mengerti apa yang mereka tertawakan hingga ketika ia tiba di kelasnya muncul tulisan.

“PACAR CHARIS ITU CACAT ALIAS BISU. TUNA WICARA. KASIAN DEH LO”

Charis spontan marah dan menghapus tulisan itu, namun semua orang mulai tau. Ia pun menjadi malu karenanya. Denny datang menghampirinya.

“Alow, kekasih bisu. Ternyata level lo ama gadis cacat, ya? Hahahaha…”

Mendengar ejekan itu, Charis marah dan menghajar Denny. Mereka terlibat perkelahian dan dihukum oleh guru mereka. Charis yang telah malu, menjadi emosi sehingga ia mulai berpikir untuk memperbaiki nama baiknya dengan memacari seorang adik kelas yang ia tidak cintai. Mereka pun jadian. Denny mengunakan kesempatan ini untuk bertemu dengan Agnes. Ia pun membongkar semua tujuan Charis kepada Agnes.

“Jadi, dia deketin lo cuma buat bikin gua malu supaya dia keliatan laku? Padahal dia cuma manfaatin, lo! Mana mau dia sama, lo! Cacat! Bisu gitu!.”

Agnes berlari menangis mendengarkan kata-kata itu. Ia mulai curiga ketika melihat Charis menghilang sejak beberapa hari lalu tanpa pernah menemuinya. Ia tiba di rumahnya dengan penuh air mata. Hatinya terluka. Sedangkan Charis tidak pernah tau jika rahasia tujuannya kepada Agnes telah dibongkar oleh Denny. Ia memang tak pernah mengujungi Agnes untuk beberapa hari karena kekasih barunya selalu ingin ditemani setiap saat.

***

Agnes merawat burung kecil itu hingga kembali normal. Ia pun berpikir untuk mengembalikan burung itu ke rumah kecilnya. Ketika ia mencoba memanjat ke rumah pohon itu, ia terjatuh. Charis tiba-tiba muncul dan menolongnya. Namun Agnes mendorong tubuhnya dengan wajah marah. Charis menjadi bingung.

“Kok lo marah, kenapa?”

Agnes tidak berkata apapun. Ia pergi begitu saja meninggalkan Charis. Tanpa sadar ketika terjatuh. Liotin anting yang Agnes pakai terjatuh satu disekitar pohon. Charis mengambilnya lalu mengejar gadis itu yang sedang berjalan dengan kaki kesakitan. Charis berusaha memanggil Agnes tapi sia-sia, ia tidak mengerti mengapa gadis itu marah padanya. Ia pun menghentikan langkah gadis tersebut. Agnes mengeluarkan sebuah tulisan.

“Aku memang cacat, tapi aku ga bodoh! Aku bukan mainan yang bisa kamu gunakan buat acara valentine kamu sebagai wanita pajangan! Terlebih buat taruhan kamu sama temen kamu!!”

Charis sontak kaget ketika rahasia yang ia simpan rapat terbongkar. Ia melihat Agnes menangis dan hatinya merasa tak enak. Lalu membiarkan gadis itu pergi. Ketika gadis itu semakin menjauh, ia menyadari kesalahannya, lalu berteriak.

“Nes… sorry! Sorry!”

Agnes berjalan tanpa mendengarkan apapun, hatinya terlanjur sakit. Ia pun meninggalkan pria itu seorang diri. Charis menatap liotin anting di tangannya. Ia marasa tidak pantas untuk bicara dengan dirinya yang hina. Kemudian kembali ke rumah pohon kecil burung tersebut. Ia pun ingin menebus kesalahannya terhadap Agnes. Rumah pohon itu tampak rusak karena dibangun seadanya. Ia pun berpikir ingin memberikan hadian kepada Agnes dengan membuat rumah baru untuk burung-burung yang akan hidup disana.

Charis pun menjadi sibuk setiap harinya. Dengan penuh perjuangan, ia membangun rumah tersebut dan berhasil dengan sempurna tiga hari kemudian. Rumah burung diatas pohon itu menjadi indah dan rapi. Ia pun segera menuju rumah Agnes. Agnes sesungguhnya selalu memperhatikan apa yang dilakukan Charis setiap harinya. Ia menyadari laki-laki itu tidak seburuk yang ia pikir, namun ia sadar kepergiannya sesaat lagi akan tiba. Ia pun sadar dirinya yang cacat dan bisu hanya menjadi celahan Charis karena kesalahan berteman dengannya. Karena gadis cacat dianggap kutukan pada saat itu.

Ia pun meminta pembantunya untuk bilang kepada Charis kalau ia telah kembali ke kampung halamannya. Charis tampak terkejut mendengarkan kepergian gadis itu begitu cepat. Ia termenung bersalah, kemudian memberikan liontin anting yang dijatuhkan Agnes kepada pembantunya agar diberikan kelak bila bertemu kembali. Dengan air mata yang jatuh membasahi pipi. Agnes pun menatap kepergian Charis penuh duka. Charis pun kembali ke rumah dengan perasaaan sedih.

Beberapa hari kemudian, Jepang datang menginvasi Indonesia. Daerah tempat tinggal Charis menjadi salah satu konflik. Ia pun harus segera mengungsi bersama orang tuanya. Sebelum ia pergi, ia sempatkan untuk melihat rumah burung kecil di atas pohon. Tampak burung kecil itu menjadi dewasa dan hendak terbang. Ia pun menemukan sesuatu di rumah tersebut.

Sebuah liontin anting yang ia titipkan kepada sang pembantu dan sebuah surat kecil tulisan Agnes.

“Terima kasih atas rumah kecil ini. Kelak mungkin kita tidak akan pernah sadar kita adalah sebuah takdir. Simpanlah satu liotin ini sebagai kenangan terakhir yang bisa kuberikan kepadamu. Jika kita berumur panjang, kita akan bertemu. Jika tidak, biarkan kehidupan lain menanti kita. Satu dihatiku dan satu dihatimu untuk selamanya.”

Charis menangis dengan berat hati ketika ia menyimpan liotin tersebut. Ia pun mengungsi untuk selama perperangan. Agnes pun menghilang dengan selamanya. Sejak saat itu, mereka tidak pernah bertemu. Setelah perang usai, Charis pergi ke Belanda untuk kuliah dan kembali dengan menikahi seorang wanita yang akhirnya menjadi nenek Angel. Ia tak pernah menyadari liontin itu tersimpan dan masih ada hingga ia membenarkan isi gudangnya.

Kembali ke masa sekarang.

Angel tampak menitihkan air mata ketika mendengarkan kisah kakeknya. Tidak seperti biasa, ia selalu mengantuk ataupun beralasan untuk tidak pernah niat untuk mendengar. Kali ini kisah tersebut telah meruntuhkan sanubarinya untuk mendengar kisah tragis cinta tersebut. Hanya satu pertanyaan yang bisa ia berikan kepada sang kakek.

“Kakek, apa yang akan kakek lakukan bila bisa bertemu Agnes lagi”
“Itu tidak mungkin. Dia mungkin telah meninggal. Usia kakek sudah 70an sekarang. Ketika dulu, ia lebih tua 3 tahun dari kakek. Mungkin ia telah meninggal.“
“Ya… jawab dong kalau andai saja!”
“Ok. Kakek mau bilang satu hal sama dia. Kisah valentine antara kakek dengan dia adalah kisah terakhir yang paling indah dalam hidup kakek. Karena itulah valentine pertama kakek.”

Angel memeluk kakeknya. Ia begitu terharu terhadap kisah cinta sang Kakek. Beberapa tahun kemudian, ia mendapatkan seorang laki-laki yang ia cintai dan akhirnya menikah. Dalam sebuah undangan yang tak terduga, seorang wanita tua datang dengan sebuah tongkat di tangannya bersama sang cucu. Nenek itu mengunakan kalung yang tak asing bagi Angel. Nenek itu memberikan ucapan selamat. Angel hanya memadang nenek itu seperti asing, namun tidak pada kalung yang ia gunakan.

Kakek yang duduk di kursi paling ujung, mendapatkan giliran untuk bersalaman. Kakek melihat dengan jelas liotin yang nenek itu pakai. Air matanya terhanyut begitu saja. Sang Nenek bertanya kepada cucu itu melalui cucunya yang mengerti bahasa isyarat tangan dari sang nenek.

“Kakek, nenek saya ingin berkata sesuatu sama kamu. “
“Apa, nak?”
“Kakek sudah tua, tak malu menangis di hadapan anak-anak muda? Hehehe…,” ledek nenek itu.
“Siapa nama nenekmu?”
“Agnes.”

Tamat



selamat hari valentine semuanya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Instal Appserv 2.5.10 di Wndows 7

hehe untuk kali nhe , sya mw coba share cara instal appserv d windows seven, walau ini info lama , tp mdah2an bsa membantu agan2 ,,, langkah2 nha yaitu : download appserv 2.5.10 nya di APPSERVNETWORK jalankan appserv.exe nya. pada tampilan form berikut, pada server name isikan dengan "localhost" (tanpa tanda kutip) dan pada administration email address isikan dengan email anda misalnya lawlietsan1302@gmail.com pada form password , pada enter root password , isikan dengan "root" dan re password , isikan dengan root. setelah itu , pilih instal... tunggu hingga finis.. lalu coba anda buka localhost pada web browser.. setelah muncul tampilan, pilih maka akan muncul form autentikasi, isikan pada username/nama pengguna dengan "root" dan pada password dengan "root"... lalu tekan ok... ok, dan selesai,, selamat mencoba :)